Apabila suatu barang ditukar dengan barang lain, tentu didalamnya terdapat perbandingan nilai tukar antara keduanya. Nilai ini sebenarnya merupakan semacam “harga” di dalam pertukaran tsb. Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda maka akan terdapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tsb. Perbandingan inilah yang disebut dengan kurs (exchange rate).
Perbedaan tingkat kurs ini timbul karena :
a. Perbedaan kurs jual dan beli oleh para pedagang valuta asing/bank. Kurs beli adalah kurs yg dipakai apabila para pedagang valuta asing/bank membeli valuta asing, dan kurs jual apabila mereka menjual. Selisih kurs tsb merupakan keuntungan bagi para pedagang.
b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu pembayarannya. Kurs TT (Telegraphic Transfer) lebih tinggi daripada kurs MT (Mail Transfer) sebab perintah/order pembayaran dengan menggunakan telegram bagi bank merupakan penyerahan valuta asing dengan segera/lebih cepat dibandingkan dengan penyerahan melalui surat.
c. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran. Sering terjadi bahwa penerimaan hak pembayaran yang berasal dari bank asing yg sudah terkenal (bonafide) kursnya lebih tinggi daripada yang belum terkenal.
Pasar valuta asing tidaklah hanya menyangkut kurs/harga valas saja, tapi juga pihak-pihak yang melakukan transaksi. Pihak – pihak yang melakukan transaksi tsb antara lain :
a. Eksportir – importir
b. Bank
c. Pedagang perantara
d. Bank sentral
Fungsi Pasar Valuta Asing
a. Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain. Proses penukaran atau pemindahan dana ini dapat dilakukan dengan sistem “clearing” seperti halnya yg dilakukan oleh bank – bank serta para pedagang.
b. Karena sering terdapat transaksi internasional yg tidak perlu segera diselesaikan pembayaran dan atau penyerahan barangnya, maka pasar valuta asing memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian/kontrak jual beli dengan kredit.
c. Memungkinkan dilakukannya “hedging”. Seorang pedagang melakukan hedging apabila dia pada saat yg sama melakukan transaksi jual dan beli valuta asing di pasar yg berbeda, untuk menghilangkan/mengurangi resiko kerugian akibat perubahan kurs. Hedging dapat dilakukan pada pasar jangka (forward market). Pasar jangka adalah pasar dimana transaksi jual beli terjadi dengan harga yg disetujui pd saat transaksi dilakukan, tetapi penyerahan barang dilakukan dikemudian hari. Berbeda dengan spot market dimana transaksi dan penyerahan barang terjadi pada saat yang bersamaan.
Spekulasi
Adalah tindakan untuk mengambil resiko karena harapan akan terjadinya perubahan harga. Seorang spekulator valuta asing dapat mengambil posisi jangka pendek (short position) apabila dia menjual valuta asing di pasar jangka (tanpa pada waktu itu berutang valuta asing sejumlah yang sama), dengan harapan bahwa dia dapat membeli dengan kurs spot yang lebih murah pada saat penyerahan valuta asing untuk kontraknya di pasar jangka. Sebaliknya dia dapat mengambil posisi jangka panjang (tanpa membuat janji untuk melakukan pembayaran pada saat kontrak selesai dengan kurs spot), dengan harapan bahwa kurs spot pada waktu kontrak di pasar jangka selesai lebih tinggi sehingga dia dapat memperoleh keuntungan. Jadi dalam hal spekulasi yang penting bagi spekulator adalah perbedaan antara kurs forward yang berlaku saat itu dengan harapan tentang kurs spot pada waktu yang akan datang.
Sistem Kurs Valuta Asing
Sistem kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Apabila transaksi jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar, maka kurs valuta asing akan berubah – ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Apabila pemerintah menjalankan kebijaksanaan stabilisasi kurs, tetapi tidak dengan mempengaruhi transaksi swasta, maka kurs ini hanya akan berubah – ubah di dalam batas yang kecil, meskipun batas – batas ini dapat diubah dari waktu ke waktu. Pemerintah dapat juga menguasai sepenuhnya transaksi valuta asing. Dalam hal ini kurs tidak lagi dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Sistem ini disebut exchange control. Di dalam sistem moneter standar emas, kurs valuta asing relatif tetap atau hanya berubah – ubah dalam batas – batas yang ditentukan oleh ongkos angkut emas.
1. Sistem Kurs yg Berubah – ubah
2. Sistem Kurs yg Stabil
Pada dasarnya kurs yg stabil dapat timbul secara:
a. Aktif, yakni pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilisasi kurs (stabilization funds)
b. Pasif, yakni di dalam suatu negara yg menggunakan sistem standar emas
• Stabilisasi Kurs
Kegiatan stabilisasi kurs dapat dijalankan dengan cara apabila tendensi kurs valuta asing akan turun maka pemerintah membeli valuta asing di pasar. Dengan bertambahnya permintaan dari pemerintah maka tendensi kurs turun dapat dicegah. Sebaliknya apabila tendensi kurs naik, maka pemerintah menjual valuta asing di pasar sehingga penawaran valuta asing bertambah dan kenaikan kurs dapat dicegah.
Usaha untuk mencegah kenaikan kurs valuta asing bagi pemerintah lebih sukar karena cadangan valuta asing yang dimiliki terbatas. Keterbatasan ini mungkin menyebabkan pemerintah tidak bisa sepenuhnya untuk mengembalikan kurs ke tingkat yang dikehendaki. Sedangkan usaha untuk mencegah penurunan kurs lebih mudah dijalankan sebab pembelian valuta asing oleh pemerintah dilakukan dengan menggunakan cadangan mata uang sendiri. Besarnya cadangan mata uang sendiri dibawah kekuasaan/pengawasan pemerintah, bahkan kalau kekurangan pemerintah dapat mencetak uang.
Suatu negara dikatakan memakai standar emas apabila:
- Mata uangnya dijamin dengan nilai seberat emas tertentu.
- Setiap orang boleh membuat serta melebur uang emas
- Pemerintah sanggup membeli atau menjual emas dalam jumlah yg tidak terbatas pada harga tertentu (yg sudah ditetapkan pemerintah).
• Pengawasan Devisa (Exchange Control)
Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valuta asing. Tujuannya adalah untuk mencegah adanya aliran modal keluar dan melindungi pengaruh depresi dari negara lain, terutama dalam hal negara tsb menghadapi keterbatasan cadangan valuta asing dibanding dengan permintaannya. Menghadapi jumlah valuta asing yang relatif lebih sedikit dibanding dengan permintaannya, pemerintah perlu mengadakan alokasi di dalam penggunaannya, yakni untuk tujuan – tujuan yang sesuai dengan program pemerintah. Alokasi biasanya dilakukan dengan menggunakan lisensi impor.
Dalam mengadakan alokasi penggunaan devisa, pemerintah dapat menggunakan beberapa cara yaitu:
- Individual allocation, setiap pemohon devisa (importir) diadakan penelitian tentang penggunaannya. Apabila pemohon tsb disetujui lalu diberikan izin untuk membeli sejumlah tertentu devisa.
- Exchange quota, untuk setiap kategori impor ditentukan jumlah devisanya berdasarkan devisa yang akan diperoleh dari ekspor dalam waktu tertentu. Apabila devisa sudah tersedia, lalu dijual dengan prinsip yang datang dulu dilayani sampai jatah untuk kategori impor tsb habis.
- Waiting list, ini merupakan pelengkap cara b diatas. Setiap surat permohonan pembelian devisa ditempatkan dalam daftar menunggu (waiting list) sampai devisa tersedia.
Tujuan negara menjalankan pengawasan devisa, adalah:
a. Mencegah terjadinya aliran modal ke luar negeri dan menekan Neraca Pembayaran Internasional (NPI) yang disequilibrium. Apabila suatu negara tidak menghendaki penyeimbangan NPI yg defisit dengan politik deflasi ataupun devaluasi, maka harus diadakan penekanan terhadap defisit tsb dengan cara mengawasi langsung semua transaksi internasional. Cara langsung pengawasan transaksi internasional dengan pengawasan devisa dilakukan dengan mengatur cara memperoleh serta penggunaan devisa. Cara lain di dalam pengawasan devisa adalah dengan melalui quota impor dan izin/lisensi impor. Dengan cara tsb disequilibrium didalam NPI dapat ditekan (suppressed disequilibrium).
b. Melindungi industri dalam negeri. Dengan pembatasan impor maka pengawasan devisa mempunyai tujuan untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan industri luar negeri.
c. Memperoleh pendapatan dari pemerintah. Hal ini dilakukan oleh pemerintah dengan cara menetapkan kurs (exchage rate) yg berbeda antara pembelian dan penjualan. Kurs pembelian oleh pemerintah ditetapkan lebih rendah daripada kurs penjualan. Perbedaan kurs inilah yg merupakan pendapatan bagi pemerintah.
d. Tie In Import Arrangement: penggunaan devisa untuk impor barang tertentu, tetapi dengan syarat importir harus juga membeli barang pelengkap atau barang yang sama hasil produksi didalam negeri dalam proporsi tertentu.
Teori Purchasing Power Parity (PP)
Teori ini dikemukakan oleh ahli ekonomi dari Swedia, Gustav Cassel. Dasar teorinya bahwa, perbandingan nilai satu mata uang dgn mata uang lain ditentukan oleh tenaga beli uang tsb (thd barang dan jasa) di masing-masing negara. Pada pokoknya ada dua versi teori purchasing power parity yaitu interpertasi absolut dan relatif.
Menurut interpretasi absolut purchasing power parity, perbandingan nilai satu mata uang dg mata uang lain (kurs) ditentukan oleh tingkat harga dimasing-masing negara.
Pasar Euro Dolar
Euro Dolar adl deposito bank yg dinyatakan dg Dolar AS pd bank2 diluar AS (sebagian besar di Eropa). Dua sifat pokok Euro Dolar adl 1. Merupakan kewajiban jangka pendek utk membayar dg dolar, 2. Kewajiban dr bank2 diluar Amerika.
Euro Dolar pertama timbul ketika pd permulaan th 1960-an Uni Soviet menjual emas di London utk membeli gandum dr AS. Sementara menunggu pembayaran gandumnya, Uni Soviet menyimpan hasil penjualan emasnya dlm bentuk deposito dolar di London. Pertimbangannya, dolar merupakan mata uang yg relatif aman pd saat itu serta menghemat ongkos sebab pembayaran pembelian gandum nantinya dg dolar. Sebab lain timbulnya Euro Dolar adl peraturan pemerintah Amerika ttg pembayaran tertinggi bunga utk deposito (regulation Q). Tingkat bunga di Inggris melebihi tingkat bunga tertinggi tsb, shg byk deposito di Amerika ditransfer ke Inggris. Disamping itu, fungsi dolar sbg mata uang pokok dlm lalu lintas pembayaran internasional menyebabkan deposito2 di bank dinyatakan dg dolar.
Dengan adanya Euro Dolar tsb maka transaksi pembayaran internasional dpt dilakukan secara efisien serta dlm waktu yg relatif singkat. Kerugian yg timbul adl Euro Dolar ini dpt bertambah melalui proses yg sama spt penciptaan uang di dlm sistem perbankan dlm negeri, mk dpt mengurangi kekuasaan penguasa moneter utk mengambil kebijaksanaan. Kerugian lain Euro Dolar dpt menambah ketidakstabilan dlm lalu lintas pembayaran internasional.
Argumen pro kontra kurs yg berubah2
Yg setuju mengatakan, bahwa keuntungan kurs yg berubah2 adl naiknya efisiensi didalam alokasi faktor2 produksi. Kurs tdk lain adl harga, dan di dlm pasar bebas harga akan berperan mengatur alokasi faktor produksi di dlm masyarakat secara efisien. Disamping itu, sistem kurs yg berubah2 akan mengurangi beban pemerintah utk mengatasi ketidakseimbangan dlm neraca pembayaran internasional. Sebab dlm sistem ini neraca pembayaran akan selalu seimbang. Proses penyeimbangannya melalui perubahan kurs, shg pemerintah tdk perlu menyediakan dana utk menyeimbangkan.
Yg kontra mengatakan, bahwa kurs yg berubah2 akan menyebabkan ketidakstabilan dlm lalu lintas pembayaran internasional shg dpt mengurangi volume perdagangan. Terutama bagi negara yg sgt tergantung pd perdagangan luar negeri, perubahan kurs yg selalu terjadi akan menyebabkan perubahan harga2 di dlm negeri. Akibat selanjutnya, kepercayaan masyarakat thd mata uang serta efisiensi alokasi faktor produksi dpt turun.
Yg setuju, ketidakstabilan dlm lalu lintas pembayaran serta turunnya volume perdagangan adl alasan yg terlalu dibesar2kan. Secara teoritis, kurs yg berubah2 relatif lbh stabil sebab pasar valuta asing biasanya sgt kompetitif dan permintaan dan penawarannya sgt elastis thd harga. Dlm keadaan spt ini, hanya dipelukan perubahan kurs yg sgt kecil saja utk menyeimbangkan pasar apabila terdapat ketidakseimbangan sbg akibat terjadinya perubahan permintaan dan penawaran.
Yg kontra, penyesuaian harga yg cepat sgt bertentangan dg keterlambatan waktu antara perubahan harga/kurs dg perubahan dlm ekspor dan impor. Perubahan kurs yg kecil saja mungkin dpt mengakibatkan ketidakstabilan. Sbg contoh, kenaikan nilai suatu mata uang dpt mengakibatkan para spekulan berpengharapan bahwa nilai mata uang tsb akan terus naik shg mereka bahkan menambah pembelian yg akibatnya harga akan terus naik. Demikian sebaliknya jika terjadi penurunan harga. Spekulasi, akhirnya akan menambah ketidakstabilan (destabilizing speculation).
Yg setuju, kegiatan spekulasi justru malah menstabilkan. Sebab utk memperoleh keuntungan para spekulan akan menjual pd waktu harga tinggi dan membeli pd waktu harga rendah. Dengan tindakan ini kegiatan spekulasi akan memperkecil ketidakstabilan.
Selasa, 22 Juni 2010
Minggu, 20 Juni 2010
DAS. PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model Pertumbuhan Neo-Klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Untuk melihat ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi regional dapat ditentukan dengan beberapa cara. Secara umum dalam menghitung pertumbuhan dengan; 1. Pertumbuhan output; 2. Pertumbuhan output per pekerja; dan, 3. Pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk mengetahui indikator kapasitas produksi. Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan.
Model Pertumbuhan Regional
Fungsi produksi agregat merupakan dasar dari model pertumbuhan neoklasik. Hubungan tersebut ditunjukkan dalam bentuk sebagai berikut:
Y = F(K,L)
Dimana, Y adalah output riil, K adalah capital stock, dan L adalah tenaga kerja. Dalam bentuk Cobb Douglas dengan asumsi constant return to scale yaitu;
Y = AkαL1-α
Y = Akα,
dimana y = K/L dan k = K/L
Fungsi produksi perkapita menunjukkan bahwa output per pekerja hanya akan meningkat jika model per pekerja meningkat. Dengan kata lain model harus terus tumbuh lebih cepat daripada penawaran tenaga kerja dari output per pekerja.
Agar lebih realistis maka model neoklasik diatas harus ditambah dengan efek apabila adanya teknologi pada pertumbuhan output.
Y = F(A,K,L), dimana A adalah technical knowledge (teknologi). Dalam bentuk Cobb-Douglas, Y = AegtKαL1-α, dimana g adalah technical progress per time period t, selanjutnya dengan aplikasi matematika kita jadikan dalam model pertumbuhan;
error: RUMUS TIDAK TERBACA!!!!!!
Dari bentuk neoklasik diatas, kita dapat mengidentifikasi tiga alasan terjadinya ketidakmerataan pertumbuhan regional yaitu;
1. Technical progress berubah diantara region;
2. Pertumbuhan capital stock berubah diantara region;
3. Pertumbuhan tenaga kerja berubah diantara region.
gr pada region r diharapkan berubah diantara region (paling tidak dalam jangka menengah). Dengan memasukkan pertumbuhan tenaga kerja
error: RUMUS TIDAK TERBACA!!!!!!
Selanjutnya, ketidakmerataan regional dalam pertumbuhan output per tenaga kerja dapat dijelaskan oleh perbedaan regional dalam rate of technical progress dan oleh perbedaan regional dalam rasio pertumbuhan kapital/tenaga kerja.
pertumbuhan output daerah menurut neoklasik didasari oleh tiga komponen yaitu; pertumbuhan kapital stock, pertumbuhan tenaga kerja, dan perkembangan teknologi.
Pertumbuhan kapital stock daerah didorong dengan adanya investasi baik dari daerah itu sendiri maupun dari daerah lain. Pertumbuhan tenaga kerja juga didorong oleh adanya migrasi tenaga kerja dari daerah lain karna adanya perbedaan upah relatif terhadap daerah lain disamping akibat tumbuhnya angkatan kerja baru karna pertumbuhan populasi. Untuk pertumbuhan teknologi tentunya juga dipengaruhi oleh masuknya sumber dan daya dari daerah lain dan perkembangan pendidikan atau pengetahuan melalui R&D.
Dalam kajian Iyanatul Islam dari School of International Business and Asian Studies, Griffith University, Australia, menyebutkan bahwa ketidakmerataan antardaerah di Indonesia tidak menunjukkan gambaran yang semakin mencolok dari waktu ke waktu. Dikatakan bahwa adanya konvergensi di daerah, terutama pada pertengahan 1970-an serta dekade 1980-an dan 1990-an, dengan adanya pertumbuhan ekonomi daerah miskin yang lebih cepat dibandingkan daerah kaya. Namun proses konvergensi tersebut berjalan melambat sehingga diperlukan waktu yang lama untuk mengurangi kesenjangan pendapatan antardaerah. Analisis Takahiro Akita dan Armida S. Alisjahbana (The Economic Crisis and Regional Inequality in Indonesia) menyebutkan sebelum krisis ekonomi, disparitas pendapatan antardaerah di Indonesia sedikit naik mulai tahun 1993 hingga 1997.
Dari sisi technical progress secara empiris, Garcia dan Soelistianingsih (1998) telah mengestimasi pengaruh variabel modal manusia, fertilitas total, selain pangsa sektor minyak dan gas dalam PDRB untuk mengukur ketersediaan sumber daya alam terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Temuannya adalah bahwa investasi untuk pendidikan dan kesehatan memang dibutuhkan untuk mengurangi ketimpangan pendapatan daerah.
Sedangkan Wibisono (2001) memasukkan variabel-variabel educational attaintment (diukur dengan tingkat pendidikan yang berhasil ditamatkan), angka harapan hidup (life expectancy), tingkat fertilitas (fertility rate), tingkat kematian bayi (infant montality rate), laju inflasi dan juga variabel dummy daerah juga terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Dari estimasi-estimasi yang dilakukan, diperoleh temuan bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan adalah pendidikan, angka harapan hidup, dan tingkat kematian bayi. Sedangkan tingkat fertilitas dan laju inflasi memberikan efek negatif terhadap tingkat pertumbuhan pendapatan. Berdasarkan data Indonesia Human Development Report 2002, tahun 2002 di Indonesia terdapat 341 daerah tingkat II, Aloysius Gunadi Brata (2004), dikatakan bahwa terdapat two-way relationship antara kinerja ekonomi daerah dengan pembangunan manusia.
Ketiga studi diatas juga mengkonfirmasikan bahwa technical progress dalam bentuk modal manusia (human capital) mempunyai kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi dan berarti juga berguna untuk mempercepat proses pemerataan pendapatan antardaerah.
Dengan melihat teori dan kajian empirik diatas menunjukkan bahwa bagi pemerintah pusat, ketidakmerataan antarregion dan ketidakmerataan intraregion bukan merupakan trade off yang saling meniadakan. Karna kedua ketidakmerataan regional tersebut merupakan masalah yang harus diselesaikan karna terdapat keterkaitan antarkedua permasalahan tersebut.
Untuk melihat ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi regional dapat ditentukan dengan beberapa cara. Secara umum dalam menghitung pertumbuhan dengan; 1. Pertumbuhan output; 2. Pertumbuhan output per pekerja; dan, 3. Pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk mengetahui indikator kapasitas produksi. Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan.
Model Pertumbuhan Regional
Fungsi produksi agregat merupakan dasar dari model pertumbuhan neoklasik. Hubungan tersebut ditunjukkan dalam bentuk sebagai berikut:
Y = F(K,L)
Dimana, Y adalah output riil, K adalah capital stock, dan L adalah tenaga kerja. Dalam bentuk Cobb Douglas dengan asumsi constant return to scale yaitu;
Y = AkαL1-α
Y = Akα,
dimana y = K/L dan k = K/L
Fungsi produksi perkapita menunjukkan bahwa output per pekerja hanya akan meningkat jika model per pekerja meningkat. Dengan kata lain model harus terus tumbuh lebih cepat daripada penawaran tenaga kerja dari output per pekerja.
Agar lebih realistis maka model neoklasik diatas harus ditambah dengan efek apabila adanya teknologi pada pertumbuhan output.
Y = F(A,K,L), dimana A adalah technical knowledge (teknologi). Dalam bentuk Cobb-Douglas, Y = AegtKαL1-α, dimana g adalah technical progress per time period t, selanjutnya dengan aplikasi matematika kita jadikan dalam model pertumbuhan;
error: RUMUS TIDAK TERBACA!!!!!!
Dari bentuk neoklasik diatas, kita dapat mengidentifikasi tiga alasan terjadinya ketidakmerataan pertumbuhan regional yaitu;
1. Technical progress berubah diantara region;
2. Pertumbuhan capital stock berubah diantara region;
3. Pertumbuhan tenaga kerja berubah diantara region.
gr pada region r diharapkan berubah diantara region (paling tidak dalam jangka menengah). Dengan memasukkan pertumbuhan tenaga kerja
error: RUMUS TIDAK TERBACA!!!!!!
Selanjutnya, ketidakmerataan regional dalam pertumbuhan output per tenaga kerja dapat dijelaskan oleh perbedaan regional dalam rate of technical progress dan oleh perbedaan regional dalam rasio pertumbuhan kapital/tenaga kerja.
pertumbuhan output daerah menurut neoklasik didasari oleh tiga komponen yaitu; pertumbuhan kapital stock, pertumbuhan tenaga kerja, dan perkembangan teknologi.
Pertumbuhan kapital stock daerah didorong dengan adanya investasi baik dari daerah itu sendiri maupun dari daerah lain. Pertumbuhan tenaga kerja juga didorong oleh adanya migrasi tenaga kerja dari daerah lain karna adanya perbedaan upah relatif terhadap daerah lain disamping akibat tumbuhnya angkatan kerja baru karna pertumbuhan populasi. Untuk pertumbuhan teknologi tentunya juga dipengaruhi oleh masuknya sumber dan daya dari daerah lain dan perkembangan pendidikan atau pengetahuan melalui R&D.
Dalam kajian Iyanatul Islam dari School of International Business and Asian Studies, Griffith University, Australia, menyebutkan bahwa ketidakmerataan antardaerah di Indonesia tidak menunjukkan gambaran yang semakin mencolok dari waktu ke waktu. Dikatakan bahwa adanya konvergensi di daerah, terutama pada pertengahan 1970-an serta dekade 1980-an dan 1990-an, dengan adanya pertumbuhan ekonomi daerah miskin yang lebih cepat dibandingkan daerah kaya. Namun proses konvergensi tersebut berjalan melambat sehingga diperlukan waktu yang lama untuk mengurangi kesenjangan pendapatan antardaerah. Analisis Takahiro Akita dan Armida S. Alisjahbana (The Economic Crisis and Regional Inequality in Indonesia) menyebutkan sebelum krisis ekonomi, disparitas pendapatan antardaerah di Indonesia sedikit naik mulai tahun 1993 hingga 1997.
Dari sisi technical progress secara empiris, Garcia dan Soelistianingsih (1998) telah mengestimasi pengaruh variabel modal manusia, fertilitas total, selain pangsa sektor minyak dan gas dalam PDRB untuk mengukur ketersediaan sumber daya alam terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Temuannya adalah bahwa investasi untuk pendidikan dan kesehatan memang dibutuhkan untuk mengurangi ketimpangan pendapatan daerah.
Sedangkan Wibisono (2001) memasukkan variabel-variabel educational attaintment (diukur dengan tingkat pendidikan yang berhasil ditamatkan), angka harapan hidup (life expectancy), tingkat fertilitas (fertility rate), tingkat kematian bayi (infant montality rate), laju inflasi dan juga variabel dummy daerah juga terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Dari estimasi-estimasi yang dilakukan, diperoleh temuan bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan adalah pendidikan, angka harapan hidup, dan tingkat kematian bayi. Sedangkan tingkat fertilitas dan laju inflasi memberikan efek negatif terhadap tingkat pertumbuhan pendapatan. Berdasarkan data Indonesia Human Development Report 2002, tahun 2002 di Indonesia terdapat 341 daerah tingkat II, Aloysius Gunadi Brata (2004), dikatakan bahwa terdapat two-way relationship antara kinerja ekonomi daerah dengan pembangunan manusia.
Ketiga studi diatas juga mengkonfirmasikan bahwa technical progress dalam bentuk modal manusia (human capital) mempunyai kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi dan berarti juga berguna untuk mempercepat proses pemerataan pendapatan antardaerah.
Dengan melihat teori dan kajian empirik diatas menunjukkan bahwa bagi pemerintah pusat, ketidakmerataan antarregion dan ketidakmerataan intraregion bukan merupakan trade off yang saling meniadakan. Karna kedua ketidakmerataan regional tersebut merupakan masalah yang harus diselesaikan karna terdapat keterkaitan antarkedua permasalahan tersebut.
ZAH. PENGEMBANGAN SDM DLM PEMBANGUNAN
Organisasi/satuan kerja di lingkungan pemerintah membutuhkan SDM yg merupakan sumber daya yg strategis. Alasannya:
1. SDM merupakan salah satu alat produksi yg sgt penting dibanding dg alat produksi lainnya.
2. Pentingnya sumber daya manusia jg dpt di lihat dr kenyataan bahwa manusia mempunyai karakteristik yg tdk dimiliki oleh sumber daya yg lain. Karakteristik tsb adl harkat dan martabat yg mutlak diperlukan shg mampu berfikir konstruktif dan destruktif.
3. Predikat yg diberikan kpd manusia menggambarkan bahwa manusia merupakan makhluk yg sgt kompleks karna manusia dikenal sbg insan politik, insan ekonomi, makhluk sosial dan individu yg memiliki ciri2 yg khas.
4. Dlm melaksanakan pengelolaan SDM penting bagi para pejabat dan pimpinan utk menyadari bahwa dg perkembangan ilmu pengetahuan maka yg harus dilakukan adl konsistensi dlm prilaku organisasi.
Setiap organisasi selalu menghadapi berbagai tantangan. Bagi organisasi di lingkungan pemerintah tantangan tsb dpt bersifat global, regional, lingkungan internal dan fungsional serta individu.
1. SDM merupakan salah satu alat produksi yg sgt penting dibanding dg alat produksi lainnya.
2. Pentingnya sumber daya manusia jg dpt di lihat dr kenyataan bahwa manusia mempunyai karakteristik yg tdk dimiliki oleh sumber daya yg lain. Karakteristik tsb adl harkat dan martabat yg mutlak diperlukan shg mampu berfikir konstruktif dan destruktif.
3. Predikat yg diberikan kpd manusia menggambarkan bahwa manusia merupakan makhluk yg sgt kompleks karna manusia dikenal sbg insan politik, insan ekonomi, makhluk sosial dan individu yg memiliki ciri2 yg khas.
4. Dlm melaksanakan pengelolaan SDM penting bagi para pejabat dan pimpinan utk menyadari bahwa dg perkembangan ilmu pengetahuan maka yg harus dilakukan adl konsistensi dlm prilaku organisasi.
Setiap organisasi selalu menghadapi berbagai tantangan. Bagi organisasi di lingkungan pemerintah tantangan tsb dpt bersifat global, regional, lingkungan internal dan fungsional serta individu.
Senin, 14 Juni 2010
MAR. PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN
Penilaian prestasi kerja merupakan prosedur yg formal dilakukan di dlm organisasi utk mengevaluasi pegawai dan sumbangan serta kepentingan bagi pegawai.
Minggu, 13 Juni 2010
DAS. PENDAPATAN REGIONAL
Tujuan kebijakan ekonomi adalah menciptakan kemakmuran. Salah satu ukuran kemakmuran yg terpenting adalah pendapatan. Kemakmuran tercipta karna ada kegiatan yg menghasilkan pendapatan.
Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pd wilayah analisis. Tingkat pendapatan dpt diukur dr total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pd wilayah tsb.
Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pd wilayah analisis. Tingkat pendapatan dpt diukur dr total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pd wilayah tsb.
MUKH. PEMBANGUNAN PERTANIAN
A. Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Nasional
Sektor pertanian tidak dipandang sebagai sektor yang pasif yang mengikuti sektor industri, tetapi sebaliknya. Pembangunan pertanian didorong dari segi penawaran dan dari segi fungsi produksi melalui penelitian – penelitian, pengembangan teknologi pertanian yang terus menerus, pengembangan prasarana sosial dan ekonomi di pedesaan dan investasi sebagai sektor pemimpin ( leading sector ) yang diharapkan mendorong perkembangan sektor – sektor lainnya.
Dalam merumuskan model pembangunan ekonomi yang lebih teliti, pertanian tidak hanya diharapkan dengan industri dalam model dua sektor ( two sector model ) tetapi model antar – sektor. Walaupun dalam penyusunan repelita tidak digunakan model – model makro ekonomi yang kompleks karena data yang diperlukan masih belum tersedia dalam kuantita – kuantita yang diteliti, namun analisa yang mendalam atas kebijaksanaan dan program – programnya akan menunjukkan hubungan antarsektor yang erat. Sektor perdagangan misalnya sebagai sektor yang bersifat melayani sektor – sektor lainnya berperan sangat penting dalam mendorong pembangunan pertanian melalui berbagai kegiatannya.
B. Model – model Pembangunan Pertanian
Terdapat beberapa model pembangunan pertanian yang terkenal diantaranya model Jepang, model Mexico, model Stalin dan model Israel. Beberapa model tersebut mempunyai ciri masing – masing serta memiliki kekurangan dan kelebihannya tersendiri. Model Stalin diikuti oleh negara – negara sosialis Eropa Timur, Cina, Kuba dan lain – lain. Model Israel dipelajari dengan tekun oleh negara – negara Afrika. Model Jepang dan Mexico merupakan dua model yang sangat berbeda. Yang satu didasarkan atas usahatani kecil – kecil ( seperti di Indonesia ) sedangkan yang terakhir adalah didasarkan atas perusahaan pertanian yang komersial yang sangat efisien dan jumlahnya tidak banyak. Walaupun telah disebutkan bahwa model Jepang kiranya adalah paling dekat dengan keadaan pertanian di Indonesia, namun sudah pula ditunjukkan bahwa syarat – syarat yang dimintanya tidak mungkin dapat dipenuhi dalam keadaan seperti sekarang ini. Pertama, pembangunan pertanian di Jepang berhasil karena dapat dilakukan secara serentak antara sektor pertanian dan sektor industri. Kedua, sektor tersebut saling membantu dan kemajuan yang dicapai sektor industri jauh lebih cepat daripada sektor pertanian, sehingga kenaikan tenaga kerja sektor pertanian semuanya dapat diserap oleh sektor industri baik yang sangat modern maupun yang setengah modern.
Kedua, (antara lain karena tidak diinginkannya modal asing) dana – dana pembangunan sebagian besar disumbangkan oleh sektor pertanian dalam bentuk pajak tanah dan cukai yang berat. Penarikan dana – dana ini dimungkinkan karena cepatnya kenaikan produktivitas sektor pertanian. Jumlah penduduk dan tenaga kerja yang terus berkurang secara absolut menyebabkan dapat diadakannya tabungan dan investasi yang besar.
C. Syarat – syarat Pembangunan Pertanian
A.T. Mosher dalam bukunya Getting Agriculture Moving (1965) telah menganalisa syarat – syarat pembangunan pertanian di banyak negara dan menggolong – golongkannya menjadi syarat – syarat mutlak dan syarat – syarat pelancar. Menurut Mosher ada lima syarat yang tidak boleh tidak harus ada untuk adanya pembangunan pertanian.
Jika satu saja syarat – syarat tersebut tidak ada maka terhentilah pembangunan pertanian, pertanian dapat berjalan terus tapi statis. Syarat – syarat mutlak itu menurut Mosher antara lain yaitu :
1. Adanya pasar – pasar untuk hasil usahatani.
2. Teknologi yang senantiasa berkembang.
3. Tersedianya bahan – bahan dan alat – alat produksi secara lokal.
4. Adanya perangsang produksi bagi petani.
5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.
Disamping syarat – syarat mutlak tersebut, ada lima lagi yang adanya tidak mutlak tetapi jika ada akan benar – benar sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk syarat – syarat untuk memperlancar tersebut yaitu :
1. Pendidikan pembangunan.
2. Kredit produksi.
3. Kegiatan gotong royong petani.
4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.
5. Perencanaan nasional pembangunan pertanian.
D. Teknologi dan Pembangunan Pertanian
Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apa pun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin – mesin dan cara – cara baru dalam bidang pertanian. Demikian pula Revolusi Hijau mulai tahun 1969 / 1970 disebabkan oleh penemuan teknologi baru dalam bibit padi dan gandum yang lebih unggul dibandingkan bibit – bibit yang dikenal sebelumnya.
Dalam menganalisis peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian kadang – kadang digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat dianggap sama dan sering dipertukarkan karena keduanya menunjukkan pada soal yang sama yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi (innovation). Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi barang – barang dan jasa – jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas.
E. Menuju Teori Pembangunan Pertanian bagi Indonesia
Teori – teori pembangunan pertanian dan pembahasan atas aspek – aspek ekonomi dari pembangunan pertanian dan persoalan – persoalan pertanian pada umumnya dibagi dalam empat segi pandangan, yaitu :
1. Pandangan sektoral yaitu pertanian ditinjau sebagai satu sektor berhadapan dengan sektor – sektor lainnya dalam perekonomian nasional.
2. Masalah efisiensi dalam penggunaan faktor – faktor produksi pertanian.
3. Pendekatan dari segi komoditi terutama komoditi – komoditi utama yang dihasilkan.
4. Pendekatan dari segi pembangunan daerah.
Selain itu, secara ekonomi makro pembangunan pertanian dapat dianalisa melalui tiga kerangka pemikiran, diantaranya :
1. Peranan pertanian dan pembangunan ekonomi.
2. Sifat – sifat ekonomi pertanian tradisional.
3. Proses ekonomi modernisasi pertanian.
Kerangka pemikiran yang pertama dan kedua adalah sama dengan pandangan sektoral sebagaimana telah disebutkan di atas. Sayangnya bagi negara kita teori – teori yang dikembangkan dalam bidang ini kurang mengena. Walaupun hubungan timbal balik antara sektor pertanian dan sektor – sektor di luar pertanian memang erat tapi tidak seperti yang ditemui di Jepang. Sektor industri di Indonesia tidak dapat dikatakan menggantungkan pada sektor pertanian dalam persediaan tenaga kerjanya. Industri masih terlalu kecil untuk berperan penting dalam menyerap kelebihan tenaga kerja dari desa. Masalah kelebihan tenaga kerja pertanian ini mau tidak mau harus dipecahkan oleh sektor pertanian sendiri. Menyadari sifat persoalan tenaga kerja ini, maka pemerintah makin memberikan tekanan pada pemberian subsidi ke kabupaten dan desa untuk menggiatkan pembangunan proyek – proyek yang dapat lebih banyak menyerap pertambahan tenaga kerja.
Pendekatan pembangunan pertanian dari segi komoditi terutama bersumber pada kenyataan peranan yang besar dari komoditi itu secara nasional atau bagi satu daerah tertentu misalnya karet, kopra, ternak dan lain – lain. Kelemahan dari pendekatan yang demikian nampak jelas bila kurang diperhatikan hubungan dan implikasinya dalam ruang lingkup yang lebih luas. Misalnya analisa persoalan beras yang terlalu dijuruskan pada tujuan swasembada dengan target – target tertentu akan mengakibatkan pemborosan sumber – sumber ekonomi bila tidak memperhatikan hubungannya dengan perkembangan perekonomian dunia. Juga efisiensi penggunaan sumber – sumber ekonomi untuk pembangunan nasional dan pembangunan daerah akan lebih tinggi bila analisa soal ekonomi dari komoditi – komoditi tertentu memberi perhatian yang lebih besar pada soal – soal itu.
Sektor pertanian tidak dipandang sebagai sektor yang pasif yang mengikuti sektor industri, tetapi sebaliknya. Pembangunan pertanian didorong dari segi penawaran dan dari segi fungsi produksi melalui penelitian – penelitian, pengembangan teknologi pertanian yang terus menerus, pengembangan prasarana sosial dan ekonomi di pedesaan dan investasi sebagai sektor pemimpin ( leading sector ) yang diharapkan mendorong perkembangan sektor – sektor lainnya.
Dalam merumuskan model pembangunan ekonomi yang lebih teliti, pertanian tidak hanya diharapkan dengan industri dalam model dua sektor ( two sector model ) tetapi model antar – sektor. Walaupun dalam penyusunan repelita tidak digunakan model – model makro ekonomi yang kompleks karena data yang diperlukan masih belum tersedia dalam kuantita – kuantita yang diteliti, namun analisa yang mendalam atas kebijaksanaan dan program – programnya akan menunjukkan hubungan antarsektor yang erat. Sektor perdagangan misalnya sebagai sektor yang bersifat melayani sektor – sektor lainnya berperan sangat penting dalam mendorong pembangunan pertanian melalui berbagai kegiatannya.
B. Model – model Pembangunan Pertanian
Terdapat beberapa model pembangunan pertanian yang terkenal diantaranya model Jepang, model Mexico, model Stalin dan model Israel. Beberapa model tersebut mempunyai ciri masing – masing serta memiliki kekurangan dan kelebihannya tersendiri. Model Stalin diikuti oleh negara – negara sosialis Eropa Timur, Cina, Kuba dan lain – lain. Model Israel dipelajari dengan tekun oleh negara – negara Afrika. Model Jepang dan Mexico merupakan dua model yang sangat berbeda. Yang satu didasarkan atas usahatani kecil – kecil ( seperti di Indonesia ) sedangkan yang terakhir adalah didasarkan atas perusahaan pertanian yang komersial yang sangat efisien dan jumlahnya tidak banyak. Walaupun telah disebutkan bahwa model Jepang kiranya adalah paling dekat dengan keadaan pertanian di Indonesia, namun sudah pula ditunjukkan bahwa syarat – syarat yang dimintanya tidak mungkin dapat dipenuhi dalam keadaan seperti sekarang ini. Pertama, pembangunan pertanian di Jepang berhasil karena dapat dilakukan secara serentak antara sektor pertanian dan sektor industri. Kedua, sektor tersebut saling membantu dan kemajuan yang dicapai sektor industri jauh lebih cepat daripada sektor pertanian, sehingga kenaikan tenaga kerja sektor pertanian semuanya dapat diserap oleh sektor industri baik yang sangat modern maupun yang setengah modern.
Kedua, (antara lain karena tidak diinginkannya modal asing) dana – dana pembangunan sebagian besar disumbangkan oleh sektor pertanian dalam bentuk pajak tanah dan cukai yang berat. Penarikan dana – dana ini dimungkinkan karena cepatnya kenaikan produktivitas sektor pertanian. Jumlah penduduk dan tenaga kerja yang terus berkurang secara absolut menyebabkan dapat diadakannya tabungan dan investasi yang besar.
C. Syarat – syarat Pembangunan Pertanian
A.T. Mosher dalam bukunya Getting Agriculture Moving (1965) telah menganalisa syarat – syarat pembangunan pertanian di banyak negara dan menggolong – golongkannya menjadi syarat – syarat mutlak dan syarat – syarat pelancar. Menurut Mosher ada lima syarat yang tidak boleh tidak harus ada untuk adanya pembangunan pertanian.
Jika satu saja syarat – syarat tersebut tidak ada maka terhentilah pembangunan pertanian, pertanian dapat berjalan terus tapi statis. Syarat – syarat mutlak itu menurut Mosher antara lain yaitu :
1. Adanya pasar – pasar untuk hasil usahatani.
2. Teknologi yang senantiasa berkembang.
3. Tersedianya bahan – bahan dan alat – alat produksi secara lokal.
4. Adanya perangsang produksi bagi petani.
5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.
Disamping syarat – syarat mutlak tersebut, ada lima lagi yang adanya tidak mutlak tetapi jika ada akan benar – benar sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk syarat – syarat untuk memperlancar tersebut yaitu :
1. Pendidikan pembangunan.
2. Kredit produksi.
3. Kegiatan gotong royong petani.
4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.
5. Perencanaan nasional pembangunan pertanian.
D. Teknologi dan Pembangunan Pertanian
Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apa pun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin – mesin dan cara – cara baru dalam bidang pertanian. Demikian pula Revolusi Hijau mulai tahun 1969 / 1970 disebabkan oleh penemuan teknologi baru dalam bibit padi dan gandum yang lebih unggul dibandingkan bibit – bibit yang dikenal sebelumnya.
Dalam menganalisis peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian kadang – kadang digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat dianggap sama dan sering dipertukarkan karena keduanya menunjukkan pada soal yang sama yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi (innovation). Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi barang – barang dan jasa – jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas.
E. Menuju Teori Pembangunan Pertanian bagi Indonesia
Teori – teori pembangunan pertanian dan pembahasan atas aspek – aspek ekonomi dari pembangunan pertanian dan persoalan – persoalan pertanian pada umumnya dibagi dalam empat segi pandangan, yaitu :
1. Pandangan sektoral yaitu pertanian ditinjau sebagai satu sektor berhadapan dengan sektor – sektor lainnya dalam perekonomian nasional.
2. Masalah efisiensi dalam penggunaan faktor – faktor produksi pertanian.
3. Pendekatan dari segi komoditi terutama komoditi – komoditi utama yang dihasilkan.
4. Pendekatan dari segi pembangunan daerah.
Selain itu, secara ekonomi makro pembangunan pertanian dapat dianalisa melalui tiga kerangka pemikiran, diantaranya :
1. Peranan pertanian dan pembangunan ekonomi.
2. Sifat – sifat ekonomi pertanian tradisional.
3. Proses ekonomi modernisasi pertanian.
Kerangka pemikiran yang pertama dan kedua adalah sama dengan pandangan sektoral sebagaimana telah disebutkan di atas. Sayangnya bagi negara kita teori – teori yang dikembangkan dalam bidang ini kurang mengena. Walaupun hubungan timbal balik antara sektor pertanian dan sektor – sektor di luar pertanian memang erat tapi tidak seperti yang ditemui di Jepang. Sektor industri di Indonesia tidak dapat dikatakan menggantungkan pada sektor pertanian dalam persediaan tenaga kerjanya. Industri masih terlalu kecil untuk berperan penting dalam menyerap kelebihan tenaga kerja dari desa. Masalah kelebihan tenaga kerja pertanian ini mau tidak mau harus dipecahkan oleh sektor pertanian sendiri. Menyadari sifat persoalan tenaga kerja ini, maka pemerintah makin memberikan tekanan pada pemberian subsidi ke kabupaten dan desa untuk menggiatkan pembangunan proyek – proyek yang dapat lebih banyak menyerap pertambahan tenaga kerja.
Pendekatan pembangunan pertanian dari segi komoditi terutama bersumber pada kenyataan peranan yang besar dari komoditi itu secara nasional atau bagi satu daerah tertentu misalnya karet, kopra, ternak dan lain – lain. Kelemahan dari pendekatan yang demikian nampak jelas bila kurang diperhatikan hubungan dan implikasinya dalam ruang lingkup yang lebih luas. Misalnya analisa persoalan beras yang terlalu dijuruskan pada tujuan swasembada dengan target – target tertentu akan mengakibatkan pemborosan sumber – sumber ekonomi bila tidak memperhatikan hubungannya dengan perkembangan perekonomian dunia. Juga efisiensi penggunaan sumber – sumber ekonomi untuk pembangunan nasional dan pembangunan daerah akan lebih tinggi bila analisa soal ekonomi dari komoditi – komoditi tertentu memberi perhatian yang lebih besar pada soal – soal itu.
MAR. MUTASI KARYAWAN
I. Pengertian dan Tujuan Mutasi
a. Mutasi adalah suatu perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang dilakukan baik secara horizontal maupun vertikal (promosi/demosi) di dalam satu organisasi.
b. tujuan promosi
1. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
2. Menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan komposisi pekerjaan atau jabatan.
3. Memperluas dan menambah pengetahuan karyawan.
4. Menghilangkan rasa bosan/jemu terhadap pekerjaannya.
5. Memberikan perangsang agar karyawan mau berupaya meningkatkan karier lebih tinggi lagi.
6. Sebagai pelaksanaan hukuman/sanksi atas pelanggaran – pelanggaran yang dilakukan.
7. Memberikan pengakuan dan imbalan terhadap prestasinya.
8. Sebagai alat pendorong agar spirit kerja meningkat melalui persaingan terbuka.
9. Sebagai tindakan pengamanan yang lebih baik.
10. Untuk menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi fisik karyawan.
11. Untuk mengatasi perselisihan antara sesama karyawan.
c. Prinsip mutasi
Memutasikan karyawan kpd posisi yg tepat dan pekerjaan yg sesuai agar semangat dan produktivitas kerjanya meningkat.
d. Dasar mutasi
1. Merit system
Adalah mutasi karyawan yg didasarkan atas landasan yg bersifat ilmiah, objektif dan hasil prestasi kerjanya. Sistem ini adalah dasar mutasi yg baik karena :
- Output dan produktivitas kerja meningkat.
- Semangat kerja meningkat.
- Jumlah kesalahan yg diperbuat menurun.
- Absensi dan disiplin karyawan semakin baik.
- Jumlah kecelakaan akan menurun.
2. Seniority system
Adalah mutasi yg didasarkan atas landasan masa kerja, usia dan pengalaman kerja dari karyawan yg bersangkutan. Sistem mutasi seperti ini tidak objektif karena kecakapan orang yang dimutasikan berdasarkan senioritas belum tentu mampu memangku jabatan barunya.
3. Spoiled system
Adalah mutasi yg didasarkan atas landasan kekeluargaan. Sistem ini kurang baik karna didasarkan atas pertimbangan suka sama suka (like or dislike).
e. Cara – cara mutasi
1. Cara tidak ilmiah
- Tidak berdasar kepada norma/standar kriteria tertentu.
- Berorientasi semata – mata pada masa kerja atau pun ijazah tanpa melihat prestasi atau faktor – faktor riil lainnya.
- Berorientasi pada banyak anggaran bukan pada kebutuhan riil karyawan.
- Berdasarkan spoil system.
2. Cara ilmiah
- berdasar kepada norma/standar kriteria tertentu.
- Berorientasi pada formasi riil kepegawaian.
- Berorientasi pada kebutuhan riil karyawan.
- Berorientasi pada tujuan yg beraneka ragam.
- Berdasarkan merit system.
f. Ruang lingkup mutasi
1. Mutasi horizontal (job rotation/transfer) artinya perubahan tempat atau jabatan tetapi masih pada ranking yg sama dalam organisasi itu. Mencakup:
- Mutasi tempat (tour of area)
Perubahan tempat kerja tetapi tanpa perubahan jabatan/posisi/golongannya. Sebabnya adalah karena merasa bosan, dll.
- Mutasi jabatan (tour of duty)
Perubahan jabatan atau penempatan pada posisi semula.
2. Mutasi vertikal yaitu perubahan posisi/jabatan/pekerjaan, promosi atau demosi sehingga karyawan dan kekuasaannya berubah juga. Promosi memperbesar authority dan responsibility sedangkan demosi menguranginya.
g. Sebab dan alasan mutasi
1. Permintaan sendiri
2. Alih Tugas Produktif (ATP) yaitu mutasi karena kehendak pimpinan perusahaan untuk meningkatkan produksi dengan menempatkan karyawan yang bersangkutan ke jabatan atau pekerjaan yang sesuai dengan kecakapannya.
3. Pendekatan mutasi dari segi waktu
- Temporary transfer
Adalah mengalihtugaskan karyawan ke jabatan/pekerjaan lainnya baik horizontal maupun vertikal yg sifatnya sementara. Hal ini sering dilakukan kpd karyawan yg sering berhalangan. Agar tidak terbengkalai, untuk sementara waktu pekerjaannya dialihkan kepada karyawan lain.
- Permanent transfer
Adalah mengalihtugaskan karyawan ke jabatan baru secara permanen.
4. Masalah merit rating dan mutasi
Merit rating adalah penilaian prestasi kerja yg telah dilaksanakan apakah dengan rencana semula.
5. Kendala – kendala pelaksanaan mutasi
- Formasi jabatan belum memungkinkan
- Pengaruh senioritas
- Soal etis (etika)
- Kesulitan menetapkan standar – standar sebagai kriteria untuk pelaksanaan.
a. Mutasi adalah suatu perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang dilakukan baik secara horizontal maupun vertikal (promosi/demosi) di dalam satu organisasi.
b. tujuan promosi
1. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
2. Menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan komposisi pekerjaan atau jabatan.
3. Memperluas dan menambah pengetahuan karyawan.
4. Menghilangkan rasa bosan/jemu terhadap pekerjaannya.
5. Memberikan perangsang agar karyawan mau berupaya meningkatkan karier lebih tinggi lagi.
6. Sebagai pelaksanaan hukuman/sanksi atas pelanggaran – pelanggaran yang dilakukan.
7. Memberikan pengakuan dan imbalan terhadap prestasinya.
8. Sebagai alat pendorong agar spirit kerja meningkat melalui persaingan terbuka.
9. Sebagai tindakan pengamanan yang lebih baik.
10. Untuk menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi fisik karyawan.
11. Untuk mengatasi perselisihan antara sesama karyawan.
c. Prinsip mutasi
Memutasikan karyawan kpd posisi yg tepat dan pekerjaan yg sesuai agar semangat dan produktivitas kerjanya meningkat.
d. Dasar mutasi
1. Merit system
Adalah mutasi karyawan yg didasarkan atas landasan yg bersifat ilmiah, objektif dan hasil prestasi kerjanya. Sistem ini adalah dasar mutasi yg baik karena :
- Output dan produktivitas kerja meningkat.
- Semangat kerja meningkat.
- Jumlah kesalahan yg diperbuat menurun.
- Absensi dan disiplin karyawan semakin baik.
- Jumlah kecelakaan akan menurun.
2. Seniority system
Adalah mutasi yg didasarkan atas landasan masa kerja, usia dan pengalaman kerja dari karyawan yg bersangkutan. Sistem mutasi seperti ini tidak objektif karena kecakapan orang yang dimutasikan berdasarkan senioritas belum tentu mampu memangku jabatan barunya.
3. Spoiled system
Adalah mutasi yg didasarkan atas landasan kekeluargaan. Sistem ini kurang baik karna didasarkan atas pertimbangan suka sama suka (like or dislike).
e. Cara – cara mutasi
1. Cara tidak ilmiah
- Tidak berdasar kepada norma/standar kriteria tertentu.
- Berorientasi semata – mata pada masa kerja atau pun ijazah tanpa melihat prestasi atau faktor – faktor riil lainnya.
- Berorientasi pada banyak anggaran bukan pada kebutuhan riil karyawan.
- Berdasarkan spoil system.
2. Cara ilmiah
- berdasar kepada norma/standar kriteria tertentu.
- Berorientasi pada formasi riil kepegawaian.
- Berorientasi pada kebutuhan riil karyawan.
- Berorientasi pada tujuan yg beraneka ragam.
- Berdasarkan merit system.
f. Ruang lingkup mutasi
1. Mutasi horizontal (job rotation/transfer) artinya perubahan tempat atau jabatan tetapi masih pada ranking yg sama dalam organisasi itu. Mencakup:
- Mutasi tempat (tour of area)
Perubahan tempat kerja tetapi tanpa perubahan jabatan/posisi/golongannya. Sebabnya adalah karena merasa bosan, dll.
- Mutasi jabatan (tour of duty)
Perubahan jabatan atau penempatan pada posisi semula.
2. Mutasi vertikal yaitu perubahan posisi/jabatan/pekerjaan, promosi atau demosi sehingga karyawan dan kekuasaannya berubah juga. Promosi memperbesar authority dan responsibility sedangkan demosi menguranginya.
g. Sebab dan alasan mutasi
1. Permintaan sendiri
2. Alih Tugas Produktif (ATP) yaitu mutasi karena kehendak pimpinan perusahaan untuk meningkatkan produksi dengan menempatkan karyawan yang bersangkutan ke jabatan atau pekerjaan yang sesuai dengan kecakapannya.
3. Pendekatan mutasi dari segi waktu
- Temporary transfer
Adalah mengalihtugaskan karyawan ke jabatan/pekerjaan lainnya baik horizontal maupun vertikal yg sifatnya sementara. Hal ini sering dilakukan kpd karyawan yg sering berhalangan. Agar tidak terbengkalai, untuk sementara waktu pekerjaannya dialihkan kepada karyawan lain.
- Permanent transfer
Adalah mengalihtugaskan karyawan ke jabatan baru secara permanen.
4. Masalah merit rating dan mutasi
Merit rating adalah penilaian prestasi kerja yg telah dilaksanakan apakah dengan rencana semula.
5. Kendala – kendala pelaksanaan mutasi
- Formasi jabatan belum memungkinkan
- Pengaruh senioritas
- Soal etis (etika)
- Kesulitan menetapkan standar – standar sebagai kriteria untuk pelaksanaan.
Kamis, 10 Juni 2010
MAR. PROMOSI KARYAWAN
1. Promosi adalah perpindahan yg memperbesar authority dan responsibility karyawan ke jabatan yg lbh tinggi di dlm satu organisasi shg kewajiban, hak, status dan penghasilannya semakin besar.
2. Asas-asas promosi karyawan
a. Kepercayaan
b. Keadilan
c. Formasi
3. Dasar-dasar promosi
a. Pengalaman (senioritas)
kebaikan: adanya penghargaan dan pengakuan bahwa pengalaman merupakan saka guru yg berharga.
Keburukan: karyawan yg kemampuannya sangat terbatas tp karna tlh lama bekerja ttp dipromosikan mk perusahaan akan dipimpin oleh seorang yg berkemampuan rendah shg perkembangan dan kelangsungan perusahaan disangsikan.
b. Kecakapan (ability)
c. Gabungan keduanya
4. Syarat-syarat promosi
a. Kejujuran
b. Disiplin
c. Prestasi kerja
d. Kerjasama
e. Kecakapan
f. Loyalitas
g. Kepemimpinan
h. Komunikatif
i. Pendidikan
5. Tujuan-tujuan promosi
a. Memberikan pengakuan, jabatan dan imbalan jasa yg semakin besar kpd karyawan yg berprestasi tinggi.
b. Menimbulkan kepuasan dan kebanggaan pribadi, status sosial yg semakin tinggi dan penghasilan yg semakin besar.
c. Merangsang agar karyawan lbh bergairah bekerja, disiplin tinggi dan memperbesar produktivitas kerjanya.
d. Menjamin stabilitas kepegawaian dg direalisasikannya promosi kpd karyawan dg dasar dan pd waktu yg tepat serta penilaian yg jujur.
e. Kesempatan promosi dpt menimbulkan keuntungan berantai (multiplier effect) dlm perusahaan krn timbulnya lowongan berantai.
f. Memberi kesempatan kpd karyawan utk mengembangkan kreativitas dan inovasinya yg lbh baik demi keuntungan optimal perusahaan.
g. Menambah pengetahuan serta pengalaman kerja para karyawan dan ini merupakan daya dorong bagi karyawan lainnya.
h. Utk mengisi kekosongan jabatan krn pejabatnya berhenti.
i. Karyawan yg dipromosikan kpd jabatan yg tepat, semangat, kesenangan dan ketenangannya dlm bekerja semakin meningkat shg produktivitas kerjanya jg meningkat.
j. Mempermudah penarikan lamaran sebab dg adanya kesempatan promosi merupakan daya pendorong serta perangsang bagi pelamar2 utk memasukkan lamarannya.
k. Promosi akan memperbaiki status karyawan dr karyawan sementara mjd karyawan tetap setelah lulus dlm masa percobaannya.
6. Jenis-jenis promosi
a. Promosi sementara (temporary promotion), yaitu kenaikan jabatan utk sementara krn adanya jabatan yg lowong yg harus segera diisi.
b. Promosi tetap (permanent promotion) yaitu kenaikan jabatan yg lbh tinggi krn karyawan tsb telah mencukupi syarat utk dipromosikan.
c. Promosi kecil (small scale promotion) yaitu kenaikan dr jabatan yg tdk sulit dipindahkan ke jabatan yg sulit yg meminta keterampilan tertentu tp tdk disertai dg peningkatan wewenang, tanggungjawab dan gaji.
d. Promosi kering (dry promotion) yaitu kenaikan jabatan yg lebih tinggi disertai dg peningkatan pangkat, wewenang dan tanggungjawab tp tdk disertai dg kenaikan gaji dan upah.
7. Demosi karyawan, yaitu perpindahan karyawan dr satu jabatan ke jabatan yg lbh rendah di dlm satu organisasi, wewenang, tanggungjawab, pendapatan serta statusnya semakin rendah. Tujuan demosi adalah utk menghindari kerugian perusahaan, memberikan jabatan, gaji dan status yg tepat sesuai dg kemampuan karyawan yg bersangkutan.
2. Asas-asas promosi karyawan
a. Kepercayaan
b. Keadilan
c. Formasi
3. Dasar-dasar promosi
a. Pengalaman (senioritas)
kebaikan: adanya penghargaan dan pengakuan bahwa pengalaman merupakan saka guru yg berharga.
Keburukan: karyawan yg kemampuannya sangat terbatas tp karna tlh lama bekerja ttp dipromosikan mk perusahaan akan dipimpin oleh seorang yg berkemampuan rendah shg perkembangan dan kelangsungan perusahaan disangsikan.
b. Kecakapan (ability)
c. Gabungan keduanya
4. Syarat-syarat promosi
a. Kejujuran
b. Disiplin
c. Prestasi kerja
d. Kerjasama
e. Kecakapan
f. Loyalitas
g. Kepemimpinan
h. Komunikatif
i. Pendidikan
5. Tujuan-tujuan promosi
a. Memberikan pengakuan, jabatan dan imbalan jasa yg semakin besar kpd karyawan yg berprestasi tinggi.
b. Menimbulkan kepuasan dan kebanggaan pribadi, status sosial yg semakin tinggi dan penghasilan yg semakin besar.
c. Merangsang agar karyawan lbh bergairah bekerja, disiplin tinggi dan memperbesar produktivitas kerjanya.
d. Menjamin stabilitas kepegawaian dg direalisasikannya promosi kpd karyawan dg dasar dan pd waktu yg tepat serta penilaian yg jujur.
e. Kesempatan promosi dpt menimbulkan keuntungan berantai (multiplier effect) dlm perusahaan krn timbulnya lowongan berantai.
f. Memberi kesempatan kpd karyawan utk mengembangkan kreativitas dan inovasinya yg lbh baik demi keuntungan optimal perusahaan.
g. Menambah pengetahuan serta pengalaman kerja para karyawan dan ini merupakan daya dorong bagi karyawan lainnya.
h. Utk mengisi kekosongan jabatan krn pejabatnya berhenti.
i. Karyawan yg dipromosikan kpd jabatan yg tepat, semangat, kesenangan dan ketenangannya dlm bekerja semakin meningkat shg produktivitas kerjanya jg meningkat.
j. Mempermudah penarikan lamaran sebab dg adanya kesempatan promosi merupakan daya pendorong serta perangsang bagi pelamar2 utk memasukkan lamarannya.
k. Promosi akan memperbaiki status karyawan dr karyawan sementara mjd karyawan tetap setelah lulus dlm masa percobaannya.
6. Jenis-jenis promosi
a. Promosi sementara (temporary promotion), yaitu kenaikan jabatan utk sementara krn adanya jabatan yg lowong yg harus segera diisi.
b. Promosi tetap (permanent promotion) yaitu kenaikan jabatan yg lbh tinggi krn karyawan tsb telah mencukupi syarat utk dipromosikan.
c. Promosi kecil (small scale promotion) yaitu kenaikan dr jabatan yg tdk sulit dipindahkan ke jabatan yg sulit yg meminta keterampilan tertentu tp tdk disertai dg peningkatan wewenang, tanggungjawab dan gaji.
d. Promosi kering (dry promotion) yaitu kenaikan jabatan yg lebih tinggi disertai dg peningkatan pangkat, wewenang dan tanggungjawab tp tdk disertai dg kenaikan gaji dan upah.
7. Demosi karyawan, yaitu perpindahan karyawan dr satu jabatan ke jabatan yg lbh rendah di dlm satu organisasi, wewenang, tanggungjawab, pendapatan serta statusnya semakin rendah. Tujuan demosi adalah utk menghindari kerugian perusahaan, memberikan jabatan, gaji dan status yg tepat sesuai dg kemampuan karyawan yg bersangkutan.
Minggu, 06 Juni 2010
DAS. EKONOMI REGIONAL
A. INDONESIA MENGHADAPI MULTILATERALISME DAN REGIONALISME
Di tengah perkembangan yang di tandai oleh saratnya kepentingan nasional dalam proses negosiasi di tingkat bilateral, regional maupun multilateral, maka semakin penting bagi Indonesia untuk menentukan sikap dan menempatkan posisi yang sejelas-jelasnya. Jika tidak kita akan terombang – ambing diantara pergumulan kepentingan yang saling bertolakbelakang. Sebelumnya perlu ditetapkan terlebih dahulu target jangka pendek dan jangka panjang yang hendak dicapai secara jelas sehingga biaya manfaatnya lebih bisa terukur dan transparan.
Mungkin yang tidak kalah penting lagi yaitu bagaimana mengaitkan strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi domestik dengan langkah-langkah yang ditempuh di tingkat internasional. Dapat dimisalkan, apabila posisi pemerintahan semakin lemah dalam menghadapi berbagai kelompok kepentingan bisnis di dalam negeri sehingga sering terbentur dalam mengupayakan peningkatan efisiensi dan daya saing nasional. Dalam keadaan demikian, pemerintah secara sadar dan sistematis bisa berupaya untuk menjalin kerja sama (berakar konsesi) yang memungkinkan para produsen dalam negeri terseret ke dalam kancah persaingan yang lebih ketat, sehingga makin tumbuh kesadaran akan pentingnya tekad untuk meningkatkan efisien usaha.
Dengan begitu, kesejahteraan konsumen dalam negeri dapat meningkat, sementara seleksi pasar akan menciptakan lapisan pengusaha yang tangguh dan semakin kokoh daya saingnya dalam mendobrak pasar luar negeri. Alokasi sumber daya di dalam perekonomian pun semakin optimal.
Bagi Indonesia, seandainya memilih untuk menentukan posisi tegas untuk mengakselerasikan kerjasama regional dalam kerangka AFTA dan APEC maka tantangan untuk memperkuat home front tidaklah sederhana. Karena, paling tidak Indonesia harus membuka pasar domestiknya bagi produk-produk dari sesama anggota ASEAN dan APEC. Jadi, apa pun skenario yang bakal berlangsung tampaknya malasah inti yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana memperkuat home front sehigga seluruh pontensi yang dimiliki bisa diekspoitasikan secara optimal. Kunci dari penguatan home front ini adalah bagaimana membentuk dunia usaha yang tangguh sehingga perubahan di lingkungan internasional.
Yang hingga kini belum muncul di dalam berbagai langkah pemerintahan ialah konsistensi antara goals, sasaran dan target. Bagaimana misalnya kebijakan moneter dan fiskal diabdikan untuk mendukung strategi pembangunan jangka panjang, strategi industrialisasi dan kebijakan investasi. Terkesankan, misalnya, bahwa penyusunan RAPBN kita masih digumuli oleh persoalan-persoalan diseputar patokan harga minyak, target penerimaan pajak, pembayaran cicilan dan bunga pinjaman, namun masih belum sama sekali menyentuh persoalan-persoalan strategi diseputar kebijakan industrialisasi dan pembangunan ekonomi secara umum.
Di tengah keadaan seperti ini, maka wajar saja jika para pengusaha menjadi riskan untuk menerapkan visi jangka panjang dalam melakukan investasinya. Dengan begitu perekonomian akan sangat rentan terhadap berbagai gejolak internal dan eksternal. Akhirnya, kita tak tahu bagaimana bersikap dan menentukan posisi di tengah maraknya blok – blok ekonomi.
Untuk bahan referensi yang lebih lengkap, untuk lebih banyak mengetahui tentang APEC secara rinci, ada baiknya memperhatikan hasil deklarasi dalam pertemuan APEC yang terakhir di Bogor pada tanggal 15 November 1994 yang lalu.
B. DILEMA NEGARA BERKEMBANG
Benua Afrika sebelah selatan Gurun Sahara mengalami tragedi kemanusiaan yang sangat pedih, tingkat hidup semakin merosot, kemiskinan semakin meluas, kelaparan serta kematian semakin merajalela. Hingga kini belum tampak adanya titik terang yang memberikan harapan bagi umat manusia yang sedang dilanda malapetaka di benua itu.
Di Amerika Latin (yaitu Amerika Selatan dan Amerika Tengah) sedang berlangsung kemerosotan ekonomi yang sangat tajam sejak permulaan tahun – tahun 80an. Meskipun banyak usaha yang telah ditempuh namun belum juga tampak jalan keluar dari krisis utang luar negeri yang sedang dialami Negara – Negara Amerika Latin tersebut.
Negara – Negara berkembang di Asia Barat (Timur Tengah) yang banyak menghasilkan minyak bumi, belum berhasil keluar dari akibat pukulan kemerosotan tajam harga minyak bumi pada pertengahan tahun – tahun 80an. Timur Tengah adalah sebutan orang Eropa melihat ke arah timur, ada Timur Tengah dan wilayah kita mereka sebut Timur Jauh.
Di Asia Selatan (Pakistan, Sri Lanka, India, Bangladesh, Nepal) belum tampak gerak kemajuan ekonomi yang cukup berarti meskipun Negara – Negara tersebut tidak juga mengalami kemunduran seperti halnya Negara – Negara di Amerika Latin atau Afrika.
Negara di Asia Timur dan Asia Tenggara merupakan pengecualian yang sangat menonjol diantara Negara – Negara berkembang di dunia. Dengan pengecualian Filipina, Myanmar serta Negara – Negara di kawasan Indo – Cina, Negara – Negara berkembang di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara tersebut telah berhasil dengan gilang – gemilang mengatasi tantangan ekonomi dunia yang ganas selama dasawarsa 80an dan bahkan berkembang dengan lebih pesat.
Selain resesi yang sangat tajam selama tahun – tahun permulaan 80an, maka dalam dasawarsa tersebut arus modal dari Negara – Negara industry ke Negara – Negara berkembang sangat merosot. Arus modal swasta tidak tertarik untuk bergerak ke Negara – Negara berkembang, kecuali ke Negara – Negara di Asia Timur dan Asia Tenggara. Arus modal swasta tidak tertarik untuk bergerak ke Negara – Negara berkembang kecuali ke Negara – Negara Asia Timur dan Asia Tenggara.
Diantara Negara – Negara berkembang masih ada ragu – ragu untuk sepenuhnya memusatkan usaha kepada ekspor ke pasaran Negara – Negara industry. Kekhawatiran mereka antara lain ialah apakah langkah tersebut tidak menyebabkan sangat tergantung Negara berkembang pada sasaran Negara industry. Jadi, apabila Negara berkembang sepenuhnya berusaha mengekspor ke Negara industri maka timbul pertanyaan apakah hal tersebut tidak akan mengakibatkan ketergantungan Negara berkembang kepada Negara industry, sebagaimana ketergantungan suatu koloni terhadap induknya di Eropa pada zaman dulu.
Selama ekonomi Negara industry membaik maka tidak ada kekhawatiran, tetapi apa yang terjadi bila Negara industri dilanda resesi. Bukankah impor dari Negara berkembang akan merosot dengan tajam.
Dilema lain yang dipermasalahkan ialah apa yang akan terjadi bila banyak Negara berkembang menghasilkan barang industri untuk ekspor. Bukankah hal tersebut, mendorong Negara industry untuk mengambil langkah proteksi yang semakin tajam. Hal tersebut bisa terjadi bilamana ada defisit neraca perdagangan yang besar dengan Negara tertentu. Dengan kata lain, bilamana ada ketidakseimbangan yang besar antara ekspor dan impor, dalam arti impor jauh lebih besar dari ekspor. Apabila Negara berkembang yang bersangkutan juga meningkatkan impornya maka tidak terjadi kenaikan defisit di Negara industry sehingga juga tidak perlu meningkatkan proteksinya.
Masalah lain yang juga membawa dilemma adalah langkah – langkah penyesuaian structural dan reformasi ekonomi. Langkah – langkah penyesuaian structural antara lain berbentuk deregulasi yang bertujuan memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi dunia usaha. Ada beberapa Negara berkembang yang masih ragu – ragu untuk melaksanakan langkah tersebut. Mereka melihat permasalahannya sebagai langkah mengurangi peranan pemerintah dan menyerahkan pembentukan harga kepada mekanisme pasar. Mekanisme pasar mempunyai banyak kelemahan, diantaranya tidak ada pasar yang sempurna, yang ada hanyalah pasar yang tidak sempurna (imperfect market). Oleh karena yang ada adalah pasar tidak sempurna maka bilamana diserahkan kepada mekanisme pasar, mungkin terjadi hal – hal yang tidak diharapkan. Antara lain dikhawatirkan yang besar menjadi semakin besar, sedang yang kecil semakin tertindas. Oleh Karena itu, pemerintah perlu mengambil opera pa yang perlu dilakukan melalui mekanisme pasar. Itulah yang banyak terjadi di banyak Negara berkembang dan yang dulu juga terjadi di Negara Indonesia.
Hambatan yang besar bagi Negara berkembang adalah birokrasi yang kuno, yang besar dan yang kurang kemampuannya tetapi diserahkan dengan banyak urusan. Adalah penting sekali, bagi Negara berkembang untuk berhasil memperbaiki atau memodernisasi birokrasi. Selanjutnya menugaskan birokrasi yang terdiri dari tenaga – tenaga yang benar – benar mampu untuk melaksanakan kegiatan yang tidak dapat atau tidak pada tempatnya dilakukan oleh mekanisme pasar. Apabila suatu kegiatan tidak dapat dilakukan oleh mekanisme pasar maka dilakukan oleh birokrasi.
Demikian pula apabila ada kegiatan yang tidak pada tempatnya dilakukan oleh mekanisme pasar maka kegiatan itu dilakukan oleh birokrasi atau aparatur pemerintah. Bagi kebanyakan Negara berkembang, salah satu hal yang paling sulit adalah menegakkan disiplin anggaran belanja Negara. Hal ini kelihatannya mudah, tetapi sesungguhnya sangat sukar dan penuh dilema. Adapun sebabnya karena macam keperluan banyak sekali sedang jumlah dana yang tersedia sangat terbatas. Memang tidak mudah bagi suatu Negara berkembang untuk menegakkan disiplin anggaran belanja.
Kemudian setelah itu, kenyataan bahwa untuk meningkatkan produksi diperlukan investasi dan untuk memungkinkan investasi diperlukan tabungan dan tabungan di masyarakat hanya mungkin bilamana masyarakat mengendalikan diri dalam konsumsi. Dilema bagi banyak Negara berkembang ialah adanya perkembangan komunikasi, termasuk industry periklanan, yang sangat cepat dan luas serta kecenderungan lapisan atas di Negara berkembang untuk mengikuti pola hidup lapisan atas Negara industry. Perkembangan komunikasi, termasuk industry periklanan yang sangat mempengaruhi pola konsumsi tampak dalam. Sementara majalah di Negara berkembang, halaman yang satu menceritakan pentingnya hidup sederhana, sementara halaman berikutnya menawarkan berbagai macam barang yang luar biasa mewahnya. Di Negara berkembang ada kecenderungan lapisan atas bukan saja mengikuti pola hidup Negara industry melainkan pola hidup lapisan atas Negara industry.
Akibatnya ialah bukan saja menciutkan sumber daya untuk investasi, melainkan timbulnya kesenjangan serta berkurangnya kesediaan masyarakat luas untuk membatasi konsumsi yang diperlukan untuk mendorong kegiatan produktif. Kesenjangan timbul antara lapisan atas yang jumlahnya sedikit dan lapisan rakyat yang jumlahnya banyak. Kesenjangan ini menyebabkan lapisan atas tidak mungkin berhasil mengajak lapisan rakyat banyak untuk membatasi konsumsinya. Dengan demikian, konsumsi meningkat dengan cepat sehingga tingkat tabungan menurun dan demikian pula tingkat investasi.
Dilema lainnya bagi Negara berkembang yaitu kebutuhannya akan investasi semakin meningkat sedang sumber – sumbernya terbatas. Peningkatan keperluan tersebut antara lain disebabkan oleh karena kurangnya perhatian pada soal pemeliharaan serta penggunaan. Juga meningkatnya keperluan akan prasarana social, lebih – lebih dengan meluasnya proses urbanisasi. Di banyak Negara berkembang, ada kecenderungan membangun banyak proyek dan gedung baru, akan tetapi kurang sekali perhatian terhadap pemeliharaan. Begitu pula banyak proyek dan gedung dibangun akan tetapi tidak dipergunakan sepenuhnya.
Demikian pula dalam hubungan antara Negara berkembang dengan Negara industry tidak sedikit dilema yang dihadapi Negara berkembang. Salah satu diantaranya ialah hasrat Negara berkembang untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini menyangkut masalah lingkungan. Negara – Negara industry menunjukkan hasrat yang besar untuk menggalang kerjasama di bidang ini dengan Negara – Negara berkembang. Berlainan sekali dengan sikapnya mengenai kerjasama di bidang – bidang lain. Sebabnya karena masalah lingkungan secara langsung menyangkut kepentingan mereka, sedang masalah – masalah lain (proteksionisme, arus modal, beban utang Negara berkembang, harga komoditi, dan lain – lain) tidak demikian halnya.
Negara – Negara industry enggan sekali jika diajak membicarakan merosotnya harga komoditi barang pertanian dan hasil pertambangan di pasar dunia. Begitu pula mereka tidak menunjukkan gerak apabila ada pembicaraan mengenai proteksionisme dan arus modal dari Negara industry ke Negara berkembang yang kini sangat menurun. Demikian juga penyelesaian yang tuntas masalah beban utang Negara berkembang tidak memperoleh perhatian yang sewajarnya.
Salah satu dilemma bagi Negara berkembang ialah bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan diperlukan peningkatan industrialisasi. Untuk itu diperlukan energy seperti minyak bumi, batu bara dan tenaga air. Oleh karena pembakaran menghasilkan CO2 dan hal ini mengakibatkan naiknya suhu temperatur bumi, maka diusahakan pembatasan penggunaan minyak bumi dan batu bara sebagai sumber energy. Penggunaan air pun perlu sangat hati – hati agar tidak merusak lingkungan.
C. MENGANTISIPASI DAMPAK PASAR BEBAS DALAM GLOBALISASI
System ekonomi pasar bebas adalah konsepsi derivative dari system liberalism dan kapitalisme Barat, yang Barat pun tidak sepenuhnya dipraktekkan pasar disahkan mengatur perekonomian melalui tangan yang tidak terlihat (invisible hand).
System ini tidak menghendaki campur tangan siapa pun termasuk campur tangan pemerintah. Lalu system ekonomi pasar bebas semacam itu melahirkan perang tanding bebas pula antar pelaku – pelaku pasar yang kita kenal dengan istilah free fight liberalism. Padahal mekanisme pasar bebas tidak lain dan tidak bukan adalah mekanisme lelangan (auction mechanism). Yang mempunyai uang dan paling mampu menawar tertinggi akan menjadi pemenang dalam lelang. Kita dapat menyebut system ini sebagai system kedaulatan pasar.
Kita tidak menolak proses globalisasi ekonomi. Politik isolasi bukan lagi merupakan pilihan karena kita akan tertinggal dan ditinggalkan. Disamping itu, kita berkewajiban membangun dunia baru. Sejak semula kita bertekad ikut aktif berperan dalam membentuk dunia baru yang beradap dan berkeadilan. Sejak Indonesia merdeka, kita telah menetapkan diri sebagai pelaku aktif global.
Tentang keterbukaan perekonomian, kita berharap perekonomian dunia, sikap kita harus tegas dan eksplisit, minimal harus tegas dan sungguh – sungguh. Tiga hal berikut ini merupakan sikap hati – hati dan waspada, yaitu :
1. Dalam melibatkan diri secara aktif dalam proses globalisasi kita menolak terjadinya proses dominasi dari Negara ekonomi kuat terhadap Negara ekonomi lemah.
2. Kita harus mampu mentransformasikan proses globalisasi menjadi proses interdependensi, menangkis dependensi yang menjadi sumber neo-eksploitasi.
3. Dalam menghadapi keterbukaan internasional, baik liberalism perdagangan maupun liberalism investasi, kita harus tetap tangguh dan sadar kedaulatan (sovereignty).
4. Kepentingan nasional harus menjadi tolok ukur utama. Kita tidak boleh menjadi lembek sekedar agar tampak rukun dalam hubungan antarnegara. Baik dalam menerima liberalisme perdagangan dan investasi dari luar ataupun memanfaatkan liberalisasi perdagangan dan investasi keluar. Kesemuanya harus berdasarkan syarat dan kepentingan kita, bukan syarat dan kepentingan mereka. Keterbukaan berdasarkan liberalisme tampaknya perlu kita hindari.
Keterbukaan dan liberalisasi diperlukan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi global (global economic efficiency). Kita tidak boleh begitu saja percaya pada hubungan antara utara dan selatan serta timur dan barat. Utara selalu berkehendak mendominasi selatan, utara selalu menempatkan selatan dalam hubungan ekonomi subordinasi, selatan untuk waktu yang panjang akan hanya menjadi perpanjangan ekonomi utara dengan segala akibat subordinasinya.
Sementara itu, di masa depan kolusi Barat – Utara tidka mustahil terjadi untuk membentuk suatu kekuatan baru ekonomi yang akan mendominasi dunia. Menghadapi keterbukaan ekonomi global adalah dengan menciptakan keunggulan komparatif baru, menghindari dependensi terhadap asing dan dominasi oleh kekuatan asing, membentuk interdependensi internasional, serta mengembangkan alternative dan kesempatan ekonomi. Memang kita akui bahwa keterbukaan ekonomi global dengan perdagangan dan investasi bebasnya, disamping memberikan tantangan juga membukakan peluang.
D. KOMENTAR
Ditengah kekhawatiran Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang di dunia terhadap multilateralisme dan regionalisme, maka perlu kiranya Indonesia menentukan sikap yang tegas sebagai cara dalam menyikapi setiap dominasi yang kerap dilakukan oleh Negara – Negara industry maju. Indonesia perlu menguatkan system ekonomi dan pertahanannya agar tidak mudah digoncang oleh Negara – Negara berpengaruh tersebut. Karena apabila ekonomi Indonesia goyah dan tidak kuat maka ketahanan Negara akan sangat mudah diperkeruh dan menjadi tidak stabil.
Sebagai Negara berkembang tentunya Indonesia bukan tanpa dilema. Seperti halnya Negara – Negara berkembang lainnya, Indonesia juga memiliki segudang dilema dalam membangun kawasannya. Dilema – dilema itu berasal dari segala aspek, mulai dari segi ekonomi, politik, social maupun budaya. Sebut saja dilema yang paling buruk yang pernah menimpa perekonomian Indonesia yaitu pada saat terjadinya krisis moneter era 90an. Berkaca dari dilema yang pernah menjadi pengalaman pahit bangsa ini, maka patut kiranya Negara kita ditopang oleh pakar - pakar yang memang telah menjadi ahli dalam bidangnya sehingga bidang yang ditugaskan tersebut dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti dan demi menjadi tembok yang kokoh bagi sektor yang telah ditugaskan.
Kemudian, untuk mengantisipasi dampak dari adanya pasar bebas dalam globalisasi, Indonesia wajib menciptakan dan mengoptimalkan segala sumber daya yang dimilikinya demi tuntutan arus globalisasi. Seperti diketahui bersama, bahwa globalisasi berdampak pada persaingan suatu Negara dengan Negara lainnya dalam hal menciptakan kreatifitas dan kemajuan sehingga mampu mendominasi dan menguasai pangsa pasar internasional. Apabila Indonesia lamban dalam menanggapi keterbukaan ekonomi global yang terus berjalan, maka dikhawatirkan Indonesia akan menjadi Negara yang semakin tertinggal dan miskin.
Di tengah perkembangan yang di tandai oleh saratnya kepentingan nasional dalam proses negosiasi di tingkat bilateral, regional maupun multilateral, maka semakin penting bagi Indonesia untuk menentukan sikap dan menempatkan posisi yang sejelas-jelasnya. Jika tidak kita akan terombang – ambing diantara pergumulan kepentingan yang saling bertolakbelakang. Sebelumnya perlu ditetapkan terlebih dahulu target jangka pendek dan jangka panjang yang hendak dicapai secara jelas sehingga biaya manfaatnya lebih bisa terukur dan transparan.
Mungkin yang tidak kalah penting lagi yaitu bagaimana mengaitkan strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi domestik dengan langkah-langkah yang ditempuh di tingkat internasional. Dapat dimisalkan, apabila posisi pemerintahan semakin lemah dalam menghadapi berbagai kelompok kepentingan bisnis di dalam negeri sehingga sering terbentur dalam mengupayakan peningkatan efisiensi dan daya saing nasional. Dalam keadaan demikian, pemerintah secara sadar dan sistematis bisa berupaya untuk menjalin kerja sama (berakar konsesi) yang memungkinkan para produsen dalam negeri terseret ke dalam kancah persaingan yang lebih ketat, sehingga makin tumbuh kesadaran akan pentingnya tekad untuk meningkatkan efisien usaha.
Dengan begitu, kesejahteraan konsumen dalam negeri dapat meningkat, sementara seleksi pasar akan menciptakan lapisan pengusaha yang tangguh dan semakin kokoh daya saingnya dalam mendobrak pasar luar negeri. Alokasi sumber daya di dalam perekonomian pun semakin optimal.
Bagi Indonesia, seandainya memilih untuk menentukan posisi tegas untuk mengakselerasikan kerjasama regional dalam kerangka AFTA dan APEC maka tantangan untuk memperkuat home front tidaklah sederhana. Karena, paling tidak Indonesia harus membuka pasar domestiknya bagi produk-produk dari sesama anggota ASEAN dan APEC. Jadi, apa pun skenario yang bakal berlangsung tampaknya malasah inti yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana memperkuat home front sehigga seluruh pontensi yang dimiliki bisa diekspoitasikan secara optimal. Kunci dari penguatan home front ini adalah bagaimana membentuk dunia usaha yang tangguh sehingga perubahan di lingkungan internasional.
Yang hingga kini belum muncul di dalam berbagai langkah pemerintahan ialah konsistensi antara goals, sasaran dan target. Bagaimana misalnya kebijakan moneter dan fiskal diabdikan untuk mendukung strategi pembangunan jangka panjang, strategi industrialisasi dan kebijakan investasi. Terkesankan, misalnya, bahwa penyusunan RAPBN kita masih digumuli oleh persoalan-persoalan diseputar patokan harga minyak, target penerimaan pajak, pembayaran cicilan dan bunga pinjaman, namun masih belum sama sekali menyentuh persoalan-persoalan strategi diseputar kebijakan industrialisasi dan pembangunan ekonomi secara umum.
Di tengah keadaan seperti ini, maka wajar saja jika para pengusaha menjadi riskan untuk menerapkan visi jangka panjang dalam melakukan investasinya. Dengan begitu perekonomian akan sangat rentan terhadap berbagai gejolak internal dan eksternal. Akhirnya, kita tak tahu bagaimana bersikap dan menentukan posisi di tengah maraknya blok – blok ekonomi.
Untuk bahan referensi yang lebih lengkap, untuk lebih banyak mengetahui tentang APEC secara rinci, ada baiknya memperhatikan hasil deklarasi dalam pertemuan APEC yang terakhir di Bogor pada tanggal 15 November 1994 yang lalu.
B. DILEMA NEGARA BERKEMBANG
Benua Afrika sebelah selatan Gurun Sahara mengalami tragedi kemanusiaan yang sangat pedih, tingkat hidup semakin merosot, kemiskinan semakin meluas, kelaparan serta kematian semakin merajalela. Hingga kini belum tampak adanya titik terang yang memberikan harapan bagi umat manusia yang sedang dilanda malapetaka di benua itu.
Di Amerika Latin (yaitu Amerika Selatan dan Amerika Tengah) sedang berlangsung kemerosotan ekonomi yang sangat tajam sejak permulaan tahun – tahun 80an. Meskipun banyak usaha yang telah ditempuh namun belum juga tampak jalan keluar dari krisis utang luar negeri yang sedang dialami Negara – Negara Amerika Latin tersebut.
Negara – Negara berkembang di Asia Barat (Timur Tengah) yang banyak menghasilkan minyak bumi, belum berhasil keluar dari akibat pukulan kemerosotan tajam harga minyak bumi pada pertengahan tahun – tahun 80an. Timur Tengah adalah sebutan orang Eropa melihat ke arah timur, ada Timur Tengah dan wilayah kita mereka sebut Timur Jauh.
Di Asia Selatan (Pakistan, Sri Lanka, India, Bangladesh, Nepal) belum tampak gerak kemajuan ekonomi yang cukup berarti meskipun Negara – Negara tersebut tidak juga mengalami kemunduran seperti halnya Negara – Negara di Amerika Latin atau Afrika.
Negara di Asia Timur dan Asia Tenggara merupakan pengecualian yang sangat menonjol diantara Negara – Negara berkembang di dunia. Dengan pengecualian Filipina, Myanmar serta Negara – Negara di kawasan Indo – Cina, Negara – Negara berkembang di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara tersebut telah berhasil dengan gilang – gemilang mengatasi tantangan ekonomi dunia yang ganas selama dasawarsa 80an dan bahkan berkembang dengan lebih pesat.
Selain resesi yang sangat tajam selama tahun – tahun permulaan 80an, maka dalam dasawarsa tersebut arus modal dari Negara – Negara industry ke Negara – Negara berkembang sangat merosot. Arus modal swasta tidak tertarik untuk bergerak ke Negara – Negara berkembang, kecuali ke Negara – Negara di Asia Timur dan Asia Tenggara. Arus modal swasta tidak tertarik untuk bergerak ke Negara – Negara berkembang kecuali ke Negara – Negara Asia Timur dan Asia Tenggara.
Diantara Negara – Negara berkembang masih ada ragu – ragu untuk sepenuhnya memusatkan usaha kepada ekspor ke pasaran Negara – Negara industry. Kekhawatiran mereka antara lain ialah apakah langkah tersebut tidak menyebabkan sangat tergantung Negara berkembang pada sasaran Negara industry. Jadi, apabila Negara berkembang sepenuhnya berusaha mengekspor ke Negara industri maka timbul pertanyaan apakah hal tersebut tidak akan mengakibatkan ketergantungan Negara berkembang kepada Negara industry, sebagaimana ketergantungan suatu koloni terhadap induknya di Eropa pada zaman dulu.
Selama ekonomi Negara industry membaik maka tidak ada kekhawatiran, tetapi apa yang terjadi bila Negara industri dilanda resesi. Bukankah impor dari Negara berkembang akan merosot dengan tajam.
Dilema lain yang dipermasalahkan ialah apa yang akan terjadi bila banyak Negara berkembang menghasilkan barang industri untuk ekspor. Bukankah hal tersebut, mendorong Negara industry untuk mengambil langkah proteksi yang semakin tajam. Hal tersebut bisa terjadi bilamana ada defisit neraca perdagangan yang besar dengan Negara tertentu. Dengan kata lain, bilamana ada ketidakseimbangan yang besar antara ekspor dan impor, dalam arti impor jauh lebih besar dari ekspor. Apabila Negara berkembang yang bersangkutan juga meningkatkan impornya maka tidak terjadi kenaikan defisit di Negara industry sehingga juga tidak perlu meningkatkan proteksinya.
Masalah lain yang juga membawa dilemma adalah langkah – langkah penyesuaian structural dan reformasi ekonomi. Langkah – langkah penyesuaian structural antara lain berbentuk deregulasi yang bertujuan memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi dunia usaha. Ada beberapa Negara berkembang yang masih ragu – ragu untuk melaksanakan langkah tersebut. Mereka melihat permasalahannya sebagai langkah mengurangi peranan pemerintah dan menyerahkan pembentukan harga kepada mekanisme pasar. Mekanisme pasar mempunyai banyak kelemahan, diantaranya tidak ada pasar yang sempurna, yang ada hanyalah pasar yang tidak sempurna (imperfect market). Oleh karena yang ada adalah pasar tidak sempurna maka bilamana diserahkan kepada mekanisme pasar, mungkin terjadi hal – hal yang tidak diharapkan. Antara lain dikhawatirkan yang besar menjadi semakin besar, sedang yang kecil semakin tertindas. Oleh Karena itu, pemerintah perlu mengambil opera pa yang perlu dilakukan melalui mekanisme pasar. Itulah yang banyak terjadi di banyak Negara berkembang dan yang dulu juga terjadi di Negara Indonesia.
Hambatan yang besar bagi Negara berkembang adalah birokrasi yang kuno, yang besar dan yang kurang kemampuannya tetapi diserahkan dengan banyak urusan. Adalah penting sekali, bagi Negara berkembang untuk berhasil memperbaiki atau memodernisasi birokrasi. Selanjutnya menugaskan birokrasi yang terdiri dari tenaga – tenaga yang benar – benar mampu untuk melaksanakan kegiatan yang tidak dapat atau tidak pada tempatnya dilakukan oleh mekanisme pasar. Apabila suatu kegiatan tidak dapat dilakukan oleh mekanisme pasar maka dilakukan oleh birokrasi.
Demikian pula apabila ada kegiatan yang tidak pada tempatnya dilakukan oleh mekanisme pasar maka kegiatan itu dilakukan oleh birokrasi atau aparatur pemerintah. Bagi kebanyakan Negara berkembang, salah satu hal yang paling sulit adalah menegakkan disiplin anggaran belanja Negara. Hal ini kelihatannya mudah, tetapi sesungguhnya sangat sukar dan penuh dilema. Adapun sebabnya karena macam keperluan banyak sekali sedang jumlah dana yang tersedia sangat terbatas. Memang tidak mudah bagi suatu Negara berkembang untuk menegakkan disiplin anggaran belanja.
Kemudian setelah itu, kenyataan bahwa untuk meningkatkan produksi diperlukan investasi dan untuk memungkinkan investasi diperlukan tabungan dan tabungan di masyarakat hanya mungkin bilamana masyarakat mengendalikan diri dalam konsumsi. Dilema bagi banyak Negara berkembang ialah adanya perkembangan komunikasi, termasuk industry periklanan, yang sangat cepat dan luas serta kecenderungan lapisan atas di Negara berkembang untuk mengikuti pola hidup lapisan atas Negara industry. Perkembangan komunikasi, termasuk industry periklanan yang sangat mempengaruhi pola konsumsi tampak dalam. Sementara majalah di Negara berkembang, halaman yang satu menceritakan pentingnya hidup sederhana, sementara halaman berikutnya menawarkan berbagai macam barang yang luar biasa mewahnya. Di Negara berkembang ada kecenderungan lapisan atas bukan saja mengikuti pola hidup Negara industry melainkan pola hidup lapisan atas Negara industry.
Akibatnya ialah bukan saja menciutkan sumber daya untuk investasi, melainkan timbulnya kesenjangan serta berkurangnya kesediaan masyarakat luas untuk membatasi konsumsi yang diperlukan untuk mendorong kegiatan produktif. Kesenjangan timbul antara lapisan atas yang jumlahnya sedikit dan lapisan rakyat yang jumlahnya banyak. Kesenjangan ini menyebabkan lapisan atas tidak mungkin berhasil mengajak lapisan rakyat banyak untuk membatasi konsumsinya. Dengan demikian, konsumsi meningkat dengan cepat sehingga tingkat tabungan menurun dan demikian pula tingkat investasi.
Dilema lainnya bagi Negara berkembang yaitu kebutuhannya akan investasi semakin meningkat sedang sumber – sumbernya terbatas. Peningkatan keperluan tersebut antara lain disebabkan oleh karena kurangnya perhatian pada soal pemeliharaan serta penggunaan. Juga meningkatnya keperluan akan prasarana social, lebih – lebih dengan meluasnya proses urbanisasi. Di banyak Negara berkembang, ada kecenderungan membangun banyak proyek dan gedung baru, akan tetapi kurang sekali perhatian terhadap pemeliharaan. Begitu pula banyak proyek dan gedung dibangun akan tetapi tidak dipergunakan sepenuhnya.
Demikian pula dalam hubungan antara Negara berkembang dengan Negara industry tidak sedikit dilema yang dihadapi Negara berkembang. Salah satu diantaranya ialah hasrat Negara berkembang untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini menyangkut masalah lingkungan. Negara – Negara industry menunjukkan hasrat yang besar untuk menggalang kerjasama di bidang ini dengan Negara – Negara berkembang. Berlainan sekali dengan sikapnya mengenai kerjasama di bidang – bidang lain. Sebabnya karena masalah lingkungan secara langsung menyangkut kepentingan mereka, sedang masalah – masalah lain (proteksionisme, arus modal, beban utang Negara berkembang, harga komoditi, dan lain – lain) tidak demikian halnya.
Negara – Negara industry enggan sekali jika diajak membicarakan merosotnya harga komoditi barang pertanian dan hasil pertambangan di pasar dunia. Begitu pula mereka tidak menunjukkan gerak apabila ada pembicaraan mengenai proteksionisme dan arus modal dari Negara industry ke Negara berkembang yang kini sangat menurun. Demikian juga penyelesaian yang tuntas masalah beban utang Negara berkembang tidak memperoleh perhatian yang sewajarnya.
Salah satu dilemma bagi Negara berkembang ialah bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan diperlukan peningkatan industrialisasi. Untuk itu diperlukan energy seperti minyak bumi, batu bara dan tenaga air. Oleh karena pembakaran menghasilkan CO2 dan hal ini mengakibatkan naiknya suhu temperatur bumi, maka diusahakan pembatasan penggunaan minyak bumi dan batu bara sebagai sumber energy. Penggunaan air pun perlu sangat hati – hati agar tidak merusak lingkungan.
C. MENGANTISIPASI DAMPAK PASAR BEBAS DALAM GLOBALISASI
System ekonomi pasar bebas adalah konsepsi derivative dari system liberalism dan kapitalisme Barat, yang Barat pun tidak sepenuhnya dipraktekkan pasar disahkan mengatur perekonomian melalui tangan yang tidak terlihat (invisible hand).
System ini tidak menghendaki campur tangan siapa pun termasuk campur tangan pemerintah. Lalu system ekonomi pasar bebas semacam itu melahirkan perang tanding bebas pula antar pelaku – pelaku pasar yang kita kenal dengan istilah free fight liberalism. Padahal mekanisme pasar bebas tidak lain dan tidak bukan adalah mekanisme lelangan (auction mechanism). Yang mempunyai uang dan paling mampu menawar tertinggi akan menjadi pemenang dalam lelang. Kita dapat menyebut system ini sebagai system kedaulatan pasar.
Kita tidak menolak proses globalisasi ekonomi. Politik isolasi bukan lagi merupakan pilihan karena kita akan tertinggal dan ditinggalkan. Disamping itu, kita berkewajiban membangun dunia baru. Sejak semula kita bertekad ikut aktif berperan dalam membentuk dunia baru yang beradap dan berkeadilan. Sejak Indonesia merdeka, kita telah menetapkan diri sebagai pelaku aktif global.
Tentang keterbukaan perekonomian, kita berharap perekonomian dunia, sikap kita harus tegas dan eksplisit, minimal harus tegas dan sungguh – sungguh. Tiga hal berikut ini merupakan sikap hati – hati dan waspada, yaitu :
1. Dalam melibatkan diri secara aktif dalam proses globalisasi kita menolak terjadinya proses dominasi dari Negara ekonomi kuat terhadap Negara ekonomi lemah.
2. Kita harus mampu mentransformasikan proses globalisasi menjadi proses interdependensi, menangkis dependensi yang menjadi sumber neo-eksploitasi.
3. Dalam menghadapi keterbukaan internasional, baik liberalism perdagangan maupun liberalism investasi, kita harus tetap tangguh dan sadar kedaulatan (sovereignty).
4. Kepentingan nasional harus menjadi tolok ukur utama. Kita tidak boleh menjadi lembek sekedar agar tampak rukun dalam hubungan antarnegara. Baik dalam menerima liberalisme perdagangan dan investasi dari luar ataupun memanfaatkan liberalisasi perdagangan dan investasi keluar. Kesemuanya harus berdasarkan syarat dan kepentingan kita, bukan syarat dan kepentingan mereka. Keterbukaan berdasarkan liberalisme tampaknya perlu kita hindari.
Keterbukaan dan liberalisasi diperlukan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi global (global economic efficiency). Kita tidak boleh begitu saja percaya pada hubungan antara utara dan selatan serta timur dan barat. Utara selalu berkehendak mendominasi selatan, utara selalu menempatkan selatan dalam hubungan ekonomi subordinasi, selatan untuk waktu yang panjang akan hanya menjadi perpanjangan ekonomi utara dengan segala akibat subordinasinya.
Sementara itu, di masa depan kolusi Barat – Utara tidka mustahil terjadi untuk membentuk suatu kekuatan baru ekonomi yang akan mendominasi dunia. Menghadapi keterbukaan ekonomi global adalah dengan menciptakan keunggulan komparatif baru, menghindari dependensi terhadap asing dan dominasi oleh kekuatan asing, membentuk interdependensi internasional, serta mengembangkan alternative dan kesempatan ekonomi. Memang kita akui bahwa keterbukaan ekonomi global dengan perdagangan dan investasi bebasnya, disamping memberikan tantangan juga membukakan peluang.
D. KOMENTAR
Ditengah kekhawatiran Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang di dunia terhadap multilateralisme dan regionalisme, maka perlu kiranya Indonesia menentukan sikap yang tegas sebagai cara dalam menyikapi setiap dominasi yang kerap dilakukan oleh Negara – Negara industry maju. Indonesia perlu menguatkan system ekonomi dan pertahanannya agar tidak mudah digoncang oleh Negara – Negara berpengaruh tersebut. Karena apabila ekonomi Indonesia goyah dan tidak kuat maka ketahanan Negara akan sangat mudah diperkeruh dan menjadi tidak stabil.
Sebagai Negara berkembang tentunya Indonesia bukan tanpa dilema. Seperti halnya Negara – Negara berkembang lainnya, Indonesia juga memiliki segudang dilema dalam membangun kawasannya. Dilema – dilema itu berasal dari segala aspek, mulai dari segi ekonomi, politik, social maupun budaya. Sebut saja dilema yang paling buruk yang pernah menimpa perekonomian Indonesia yaitu pada saat terjadinya krisis moneter era 90an. Berkaca dari dilema yang pernah menjadi pengalaman pahit bangsa ini, maka patut kiranya Negara kita ditopang oleh pakar - pakar yang memang telah menjadi ahli dalam bidangnya sehingga bidang yang ditugaskan tersebut dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti dan demi menjadi tembok yang kokoh bagi sektor yang telah ditugaskan.
Kemudian, untuk mengantisipasi dampak dari adanya pasar bebas dalam globalisasi, Indonesia wajib menciptakan dan mengoptimalkan segala sumber daya yang dimilikinya demi tuntutan arus globalisasi. Seperti diketahui bersama, bahwa globalisasi berdampak pada persaingan suatu Negara dengan Negara lainnya dalam hal menciptakan kreatifitas dan kemajuan sehingga mampu mendominasi dan menguasai pangsa pasar internasional. Apabila Indonesia lamban dalam menanggapi keterbukaan ekonomi global yang terus berjalan, maka dikhawatirkan Indonesia akan menjadi Negara yang semakin tertinggal dan miskin.
Label:
EKONOMI,
MULTILATERALISME,
NEGARA,
regional
MAR. PENGEMBANGAN KARYAWAN
Pengembangan karyawan dirasa sangat penting karna tuntutan pekerjaan sebagai akibat kemajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan yg sejenis.
Pengembangan adalah suatu usaha utk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dg kebutuhan pekerjaan melalui pendidikan dan latihan.
Menurut Drs. Jan Bella, pendidikan dan latihan sama dg pengembangan yaitu proses peningkatan keterampilan kerja baik teknis maupun manajerial. Pendidikan berorientasi pd teori, dilakukan dlm kelas, berlangsung lama dan biasanya menjawab why. Sedangkan latihan berorientasi pd praktek, dilakukan di lapangan, berlangsung singkat dan biasanya menjawab how.
Tujuan pengembangan antara lain:
a. Produktivitas kerja.
b. Efisiensi.
c. Mengurangi Kerusakan barang, produksi, mesin, dll.
d. Mengurangi tingkat kecelakaan kerja karyawan.
e. Meningkatkan pelayanan.
f. Mengembangkan moral karyawan.
g. Meningkatkan karier.
h. Konseptual, yaitu manajer semakin cakap dan cepat dlm mengambil keputusan yg lebih baik, hal ini dikarenakan technical skill, human skill dan managerial skillnya telah baik.
i. Kepemimpinan akan menjadi lbh baik.
j. Balas jasa (gaji, insentif, dll) akan meningkat.
k. Memuaskan Konsumen.
Prinsip pengembangan adalah peningkatan kualitas dan kemampuan bekerja para karyawan.
Jenis-jenis pengembangan
a. Pengembangan secara informal, dimaksudkan yaitu adanya keinginan dr karyawan sendiri utk maju dg cara meningkatkan kemampuan kerjanya.
b. Pengembangan secara formal, yaitu karyawan ditugaskan perusahaan utk mengikuti pendidikan dan latihan, baik yg dilakukan perusahaan maupun yg dilaksanakan oleh lembaga2 pendidikan dan pelatihan.
Pelatih dan instruktur, yaitu org atau tim yg memberikan pendidikan/latihan kpd para karyawan. Pelatih terdiri dari, pelatih internal, pelatih eksternal serta pelatih gabungan antara keduanya.
Syarat-syarat pelatih
1. Teaching skills, mempunyai kecakapan utk mendidik, membimbing dan memberikan pengetahuannya kpd peserta didik.
2. Communication skills, mempunyai kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan secara efektif.
3. Personality authority, yaitu memiliki kewibawaan thd peserta didik.
4. Social skills, memiliki kemahiran dlm bidang sosial.
5. Technical competent, berkemampuan teknis, kecakapan teoretis dan tangkas dlm mengambil suatu keputusan.
6. Stabilitas emosi.
Proses pengembangan, antara lain:
1. Sasaran yg ingin dicapai.
2. Kurikulum yg tepat.
3. Sarana.
4. Peserta.
5. Pelatih.
6. Pelaksanaan
Metode-metode pengembangan
1. Metode latihan dan training
Metode latihan menurut Andrew F. Sikula:
a. On the job training, langsung bekerja dibawah bimbingan pengawas.
Kebaikannya, pekerja langsung pd kenyataan pekerjaan dan peralatan.
Keburukannya, pelaksanaan sering tdk teratur (tdk sistematis) dan kurang efektif jika pengawas kurang berpengalaman.
b. Vestibule, yaitu latihan yg dilakukan dlm kelas dlm bentuk peragaan dan percobaan melalui sebuah duplikat bahan2 dan alat2 yg nantinya akan mereka temui dlm situasi kerja yg sebenarnya.
c. Demonstration and example, yaitu latihan yg dilakukan dg cara demonstrasi dan contoh. Biasanya metode ini yg paling efektif.
d. Simulation, yaitu suatu situasi atau keadaan yg ditampilkan semirip mungkin dg situasi yg sebenarnya tp hanya merupakan tiruan saja.
e. Apprenticeship, yaitu suatu cara mengembangkan keahlian pertukangan sehingga karyawan dpt mempelajari segala aspek dr pekerjaannya.
f. Classroom methods, yaitu metode dlm ruang. Meliputi, lecture (pengajaran), conference (rapat), programmed instruction, metode studi kasus, role playing, metode diskusi dan metode seminar.
2. Metode pendidikan/development, menurut Andrew F. Sikula:
a. Training methods atau classroom method
b. Understudies, yaitu teknik pengembangan yg dilakukan dg praktek langsung bagi seseorang yg dipersiapkan utk menggantikan jabatan atasannya.
c. Job rotation and planned progression yaitu teknik pengembangan yg dilakukan dg cara memindahkan peserta dr suatu jabatan ke jabatan lainnya secara periodik utk menambah keahlian dan kecakapan pd setiap jabatan.
d. Coaching-counseling
Coaching yaitu metode pendidikan dg cara atasan mengajarkan keahlian dan keterampilan kerja pd bawahannya.
Counseling adalah suatu
Perbedaan coaching dan counseling:
1. Coaching
-dilakukan utk pegawai langsung
-berhubungan dg pekerjaan/jabatan2
-jangka waktunya panjang
-sering dilakukan
-hubungan merupakan hubungan lini atau perintah
-ditujukan kpd semua pegawai
2. Counseling
-Dilakukan utk pejabat/manajer
-berhubungan dg masalah pribadi
-jangka waktunya singkat
-jarang dilakukan
-hubungan merupakan hubungan staf atau bukan perintah
-ditujukan pd pegawai tertentu saja
e. Junior board of executive or multiple management
f. Business games
h. Sensitivity training
i. Other development method
Pengembangan adalah suatu usaha utk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dg kebutuhan pekerjaan melalui pendidikan dan latihan.
Menurut Drs. Jan Bella, pendidikan dan latihan sama dg pengembangan yaitu proses peningkatan keterampilan kerja baik teknis maupun manajerial. Pendidikan berorientasi pd teori, dilakukan dlm kelas, berlangsung lama dan biasanya menjawab why. Sedangkan latihan berorientasi pd praktek, dilakukan di lapangan, berlangsung singkat dan biasanya menjawab how.
Tujuan pengembangan antara lain:
a. Produktivitas kerja.
b. Efisiensi.
c. Mengurangi Kerusakan barang, produksi, mesin, dll.
d. Mengurangi tingkat kecelakaan kerja karyawan.
e. Meningkatkan pelayanan.
f. Mengembangkan moral karyawan.
g. Meningkatkan karier.
h. Konseptual, yaitu manajer semakin cakap dan cepat dlm mengambil keputusan yg lebih baik, hal ini dikarenakan technical skill, human skill dan managerial skillnya telah baik.
i. Kepemimpinan akan menjadi lbh baik.
j. Balas jasa (gaji, insentif, dll) akan meningkat.
k. Memuaskan Konsumen.
Prinsip pengembangan adalah peningkatan kualitas dan kemampuan bekerja para karyawan.
Jenis-jenis pengembangan
a. Pengembangan secara informal, dimaksudkan yaitu adanya keinginan dr karyawan sendiri utk maju dg cara meningkatkan kemampuan kerjanya.
b. Pengembangan secara formal, yaitu karyawan ditugaskan perusahaan utk mengikuti pendidikan dan latihan, baik yg dilakukan perusahaan maupun yg dilaksanakan oleh lembaga2 pendidikan dan pelatihan.
Pelatih dan instruktur, yaitu org atau tim yg memberikan pendidikan/latihan kpd para karyawan. Pelatih terdiri dari, pelatih internal, pelatih eksternal serta pelatih gabungan antara keduanya.
Syarat-syarat pelatih
1. Teaching skills, mempunyai kecakapan utk mendidik, membimbing dan memberikan pengetahuannya kpd peserta didik.
2. Communication skills, mempunyai kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan secara efektif.
3. Personality authority, yaitu memiliki kewibawaan thd peserta didik.
4. Social skills, memiliki kemahiran dlm bidang sosial.
5. Technical competent, berkemampuan teknis, kecakapan teoretis dan tangkas dlm mengambil suatu keputusan.
6. Stabilitas emosi.
Proses pengembangan, antara lain:
1. Sasaran yg ingin dicapai.
2. Kurikulum yg tepat.
3. Sarana.
4. Peserta.
5. Pelatih.
6. Pelaksanaan
Metode-metode pengembangan
1. Metode latihan dan training
Metode latihan menurut Andrew F. Sikula:
a. On the job training, langsung bekerja dibawah bimbingan pengawas.
Kebaikannya, pekerja langsung pd kenyataan pekerjaan dan peralatan.
Keburukannya, pelaksanaan sering tdk teratur (tdk sistematis) dan kurang efektif jika pengawas kurang berpengalaman.
b. Vestibule, yaitu latihan yg dilakukan dlm kelas dlm bentuk peragaan dan percobaan melalui sebuah duplikat bahan2 dan alat2 yg nantinya akan mereka temui dlm situasi kerja yg sebenarnya.
c. Demonstration and example, yaitu latihan yg dilakukan dg cara demonstrasi dan contoh. Biasanya metode ini yg paling efektif.
d. Simulation, yaitu suatu situasi atau keadaan yg ditampilkan semirip mungkin dg situasi yg sebenarnya tp hanya merupakan tiruan saja.
e. Apprenticeship, yaitu suatu cara mengembangkan keahlian pertukangan sehingga karyawan dpt mempelajari segala aspek dr pekerjaannya.
f. Classroom methods, yaitu metode dlm ruang. Meliputi, lecture (pengajaran), conference (rapat), programmed instruction, metode studi kasus, role playing, metode diskusi dan metode seminar.
2. Metode pendidikan/development, menurut Andrew F. Sikula:
a. Training methods atau classroom method
b. Understudies, yaitu teknik pengembangan yg dilakukan dg praktek langsung bagi seseorang yg dipersiapkan utk menggantikan jabatan atasannya.
c. Job rotation and planned progression yaitu teknik pengembangan yg dilakukan dg cara memindahkan peserta dr suatu jabatan ke jabatan lainnya secara periodik utk menambah keahlian dan kecakapan pd setiap jabatan.
d. Coaching-counseling
Coaching yaitu metode pendidikan dg cara atasan mengajarkan keahlian dan keterampilan kerja pd bawahannya.
Counseling adalah suatu
Perbedaan coaching dan counseling:
1. Coaching
-dilakukan utk pegawai langsung
-berhubungan dg pekerjaan/jabatan2
-jangka waktunya panjang
-sering dilakukan
-hubungan merupakan hubungan lini atau perintah
-ditujukan kpd semua pegawai
2. Counseling
-Dilakukan utk pejabat/manajer
-berhubungan dg masalah pribadi
-jangka waktunya singkat
-jarang dilakukan
-hubungan merupakan hubungan staf atau bukan perintah
-ditujukan pd pegawai tertentu saja
e. Junior board of executive or multiple management
f. Business games
h. Sensitivity training
i. Other development method
Sabtu, 05 Juni 2010
MAR. PASAR TENAGA KERJA
Pasar kerja adl seluruh aktifitas dr pelaku yg tujuan-a mempertemukan pencari kerja dg lowongan kerja. Sifat pasar kerja itu sendiri ditentukan oleh para pelaku tsb.
Pelaku yg mempertemukan pencari kerja dg lowongan kerja, antara lain:
1. Pengusaha yg membutuhkan tenaga kerja.
2. Pencari kerja.
3. Perantara atau pihak ketiga yg memberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja utk saling berhubungan.
AKTIVITAS-AKTIVITAS DLM PASAR KERJA
1) Permintaan tenaga kerja.
2) Penawaran tenaga kerja.
3) Penawaran dan permintaan tenaga kerja.
4) Pasar kerja intern dan ekstern.
5) Pasar tenaga kerja utama(primary labor market) dan biasa(secondary labor market).
6) Upah, pendapatan dan kerugian.
Ad,4) Pasar kerja intern dan ekstern.
Salah satu aspek pasar tenaga kerja adl bagaimana mengisi lowongan yg ada dg org yg sesuai. Berarti org yg akan ditempatkan mengisi lowongan tsb mampu melakukan fungsi2 dan mempunyai tanggung jawab yg baik. Persyaratan yg diperlukan umum-a pendidikan dan pengalaman kerja. Pengisian lowongan dr dlm perusahaan atau dr kalangan pegawai sendiri disebut internal labor market (pasar kerja intern).
Keuntungan pasar kerja intern:
1. Pengusaha dpt yakin bahwa org yg dipilih-a betul2 cocok utk lowongan yg ada.
2. Pengisian lowongan spt itu dpt dikaitkan dlm pemberian promosi dlm rangka peningkatan karier pegawai.
Kelemahan pasar kerja intern: akan menimbulkan lowongan baru dr jabatan yg ditinggalkan oleh pegawai yg telah dipilih.
Pengisian lowongan dr luar perusahaan disebut external labor market (pasar kerja ekstern). Pengisian lowongan dg cara ini pd umum-a terbatas hanya utk lowongan jabatan tertentu.
Ad.5) Pasar tenaga kerja utama(primary labor market) dan biasa(secondary labor market).
a. Primary labor market
-skala perusahaan besar
-manajemen perusahaan yg baik
-pegawai umum-a mempunyai tingkat pendidikan dan keterampilan tinggi
-produktivitas kerja karyawan tinggi
-upah tinggi
-jaminan sosial yg baik
-lingkungan pekerjaan yg menyenangkan
-disiplin kerja pegawai tinggi
-tingkat absensi rendah
-jumlah perpindahan pegawai (labor turn over) kecil
b. Secondary labor market
-skala perusahaan kecil
-manajemen perusahaan kurang baik
-tingkat pendidikan dan keterampilan yg rendah
-produktivitas kerja rendah
-upah rendah
-jaminan sosial kurang baik
-lingkungan pekerjaan kurang menyenangkan
-disiplin karyawan rendah
-tingkat absensi tinggi
-karyawan sering berpindah2 pekerjaan
pasar Tenaga kerja juga terbagi atas,
a. Pasar Tenaga kerja terdidik yaitu pasar tenaga kerja yg membutuhkan persyaratan dg kualifikasi khusus yg biasa-a diperoleh melalui jenjang pendidikan formal dan membutuhkan waktu yg lama serta biaya pendidikan yg cukup besar.
b. Pasar tenaga kerja tidak terdidik yaitu pasar tenaga kerja yg menawarkan dan meminta tenaga kerja yg tdk membutuhkan kualifikasi khusus dan tingkat pendidikan yg relatif rendah.
PERBEDAAN LINGKUNGAN KERJA SEKTOR PEMERINTAH DG SWASTA
a. Sektor pemerintah
-daya serap tenaga kerja terdidik besar
-secara umum tingkat pendapatan karyawan cukup baik
-pengaturan jaminan sosial, tunjangan jabatan, jaminan kesehatan dan pensiun cukup baik
-adanya kepastian pekerjaan, kesempatan utk maju dan peningkatan karier baik
b. Sektor swasta
-daya serap tenaga kerja terdidik kecil
-secara umum tingkat pendapatan karyawan kurang baik
-pengaturan jaminan sosial, tunjangan jabatan, jaminan kesehatan dan pensiun kurang baik
-kurang adanya kepastian pekerjaan, kesempatan utk maju dan peningkatan karier
ad.6) Upah, pendapatan dan kerugian.
Upah, menurut PP o.8/1981 adl suatu penerimaan sebagai imbalan dr pengusaha kpd karyawan utk suatu pekerjaan atau jasa yg telah atau akan dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dlm bentuk uang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan perundang2an serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dg karyawan itu sendiri maupun utk keluarga-a.
Pelaku yg mempertemukan pencari kerja dg lowongan kerja, antara lain:
1. Pengusaha yg membutuhkan tenaga kerja.
2. Pencari kerja.
3. Perantara atau pihak ketiga yg memberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja utk saling berhubungan.
AKTIVITAS-AKTIVITAS DLM PASAR KERJA
1) Permintaan tenaga kerja.
2) Penawaran tenaga kerja.
3) Penawaran dan permintaan tenaga kerja.
4) Pasar kerja intern dan ekstern.
5) Pasar tenaga kerja utama(primary labor market) dan biasa(secondary labor market).
6) Upah, pendapatan dan kerugian.
Ad,4) Pasar kerja intern dan ekstern.
Salah satu aspek pasar tenaga kerja adl bagaimana mengisi lowongan yg ada dg org yg sesuai. Berarti org yg akan ditempatkan mengisi lowongan tsb mampu melakukan fungsi2 dan mempunyai tanggung jawab yg baik. Persyaratan yg diperlukan umum-a pendidikan dan pengalaman kerja. Pengisian lowongan dr dlm perusahaan atau dr kalangan pegawai sendiri disebut internal labor market (pasar kerja intern).
Keuntungan pasar kerja intern:
1. Pengusaha dpt yakin bahwa org yg dipilih-a betul2 cocok utk lowongan yg ada.
2. Pengisian lowongan spt itu dpt dikaitkan dlm pemberian promosi dlm rangka peningkatan karier pegawai.
Kelemahan pasar kerja intern: akan menimbulkan lowongan baru dr jabatan yg ditinggalkan oleh pegawai yg telah dipilih.
Pengisian lowongan dr luar perusahaan disebut external labor market (pasar kerja ekstern). Pengisian lowongan dg cara ini pd umum-a terbatas hanya utk lowongan jabatan tertentu.
Ad.5) Pasar tenaga kerja utama(primary labor market) dan biasa(secondary labor market).
a. Primary labor market
-skala perusahaan besar
-manajemen perusahaan yg baik
-pegawai umum-a mempunyai tingkat pendidikan dan keterampilan tinggi
-produktivitas kerja karyawan tinggi
-upah tinggi
-jaminan sosial yg baik
-lingkungan pekerjaan yg menyenangkan
-disiplin kerja pegawai tinggi
-tingkat absensi rendah
-jumlah perpindahan pegawai (labor turn over) kecil
b. Secondary labor market
-skala perusahaan kecil
-manajemen perusahaan kurang baik
-tingkat pendidikan dan keterampilan yg rendah
-produktivitas kerja rendah
-upah rendah
-jaminan sosial kurang baik
-lingkungan pekerjaan kurang menyenangkan
-disiplin karyawan rendah
-tingkat absensi tinggi
-karyawan sering berpindah2 pekerjaan
pasar Tenaga kerja juga terbagi atas,
a. Pasar Tenaga kerja terdidik yaitu pasar tenaga kerja yg membutuhkan persyaratan dg kualifikasi khusus yg biasa-a diperoleh melalui jenjang pendidikan formal dan membutuhkan waktu yg lama serta biaya pendidikan yg cukup besar.
b. Pasar tenaga kerja tidak terdidik yaitu pasar tenaga kerja yg menawarkan dan meminta tenaga kerja yg tdk membutuhkan kualifikasi khusus dan tingkat pendidikan yg relatif rendah.
PERBEDAAN LINGKUNGAN KERJA SEKTOR PEMERINTAH DG SWASTA
a. Sektor pemerintah
-daya serap tenaga kerja terdidik besar
-secara umum tingkat pendapatan karyawan cukup baik
-pengaturan jaminan sosial, tunjangan jabatan, jaminan kesehatan dan pensiun cukup baik
-adanya kepastian pekerjaan, kesempatan utk maju dan peningkatan karier baik
b. Sektor swasta
-daya serap tenaga kerja terdidik kecil
-secara umum tingkat pendapatan karyawan kurang baik
-pengaturan jaminan sosial, tunjangan jabatan, jaminan kesehatan dan pensiun kurang baik
-kurang adanya kepastian pekerjaan, kesempatan utk maju dan peningkatan karier
ad.6) Upah, pendapatan dan kerugian.
Upah, menurut PP o.8/1981 adl suatu penerimaan sebagai imbalan dr pengusaha kpd karyawan utk suatu pekerjaan atau jasa yg telah atau akan dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dlm bentuk uang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan perundang2an serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dg karyawan itu sendiri maupun utk keluarga-a.
ZAH. PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK
Pembangunan dlm bidang politik bertujuan mengutamakan kepentingan nasional bukan kepentingan pribadi, kelompok, golongan atau partai politik tertentu. Tujuan pembangunan politik antara lain:
1. Mengikuti komitmen nasional para tokoh politik agar mereka mampu dan bersedia mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi.
2. Kemampuan menyusun program pembangunan nasional termasuk pembangunan politik dan bukan program yg semata2 diarahkan kepada perolehan kedudukan dlm lembaga2 negara termasuk berbagai posisi dan birokrasi pemerintah.
3. Dlm penyelenggaraan negara, maka dibutuhkan prinsip check and balances.
TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN POLITIK DALAM RANGKA PEMBANGUNAN NASIONAL
1. Dlm rangka menciptakan stabilitas politik, perlu diketahui bahwa stabilitas politik bukan merupakan tujuan akhir dari pembangunan melainkan sebagai wahana dan titik tolak yg mutlak diperlukan utk pertumbuhan dan perkembangan selanjut-a.
2. Penyusunan kembali organisasi2 politik yg dimaksud dg restrukturisasi organisasi politik yaitu memungkinkan berlakunya sistem multi partai utk mencegah tumbuhnya satu partai politik.
3. Tinggal landas/political take off.
Ada 4 aspek kehidupan politik dimana partai2 politik harus memainkan peranan penting yaitu:
1. Sebagai kekuatan yg tangguh utk mengembangkan dan menerapkan prinsip2 demokrasi yg sesuai dg kepribadian bangsa.
2. Partai2 politik perlu dan harus memainkan peranan-a sebagai pembela hak2 demokrasi.
3. Partai2 politik memainkan peranan yg sangat berperan penting dlm membina sarana demokrasi yg diakui.
4. Salah satu peranan yg sangat penting adl dpt memainkan dan menyelenggarakan pendidikan politik.
1. Mengikuti komitmen nasional para tokoh politik agar mereka mampu dan bersedia mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi.
2. Kemampuan menyusun program pembangunan nasional termasuk pembangunan politik dan bukan program yg semata2 diarahkan kepada perolehan kedudukan dlm lembaga2 negara termasuk berbagai posisi dan birokrasi pemerintah.
3. Dlm penyelenggaraan negara, maka dibutuhkan prinsip check and balances.
TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN POLITIK DALAM RANGKA PEMBANGUNAN NASIONAL
1. Dlm rangka menciptakan stabilitas politik, perlu diketahui bahwa stabilitas politik bukan merupakan tujuan akhir dari pembangunan melainkan sebagai wahana dan titik tolak yg mutlak diperlukan utk pertumbuhan dan perkembangan selanjut-a.
2. Penyusunan kembali organisasi2 politik yg dimaksud dg restrukturisasi organisasi politik yaitu memungkinkan berlakunya sistem multi partai utk mencegah tumbuhnya satu partai politik.
3. Tinggal landas/political take off.
Ada 4 aspek kehidupan politik dimana partai2 politik harus memainkan peranan penting yaitu:
1. Sebagai kekuatan yg tangguh utk mengembangkan dan menerapkan prinsip2 demokrasi yg sesuai dg kepribadian bangsa.
2. Partai2 politik perlu dan harus memainkan peranan-a sebagai pembela hak2 demokrasi.
3. Partai2 politik memainkan peranan yg sangat berperan penting dlm membina sarana demokrasi yg diakui.
4. Salah satu peranan yg sangat penting adl dpt memainkan dan menyelenggarakan pendidikan politik.
Langganan:
Postingan (Atom)