Kamis, 28 Juli 2011

jj with andita fm


Dalam rangka mengukuhkan ikatan persaudaraan yang lebih erat antarpendengar di Radio Andita FM, maka diselenggarakanlah acara jalan – jalan bareng dengan penyiar kesayangan. Sebelum acara dimulai, diadakan rapat untuk menentukan lokasi keberangkatan. Dari kesimpulan rapat, diperoleh suara terbanyak yang menyatakan ingin berlibur ke lokasi wisata Blang Kolam Lhokseumawe dan tanggal yang disepakati adalah pada 17 Juli 2011 atau bertepatan dengan hari minggu (dua minggu sebelum puasa Ramadhan 1432 H).

Beberapa hari berlalu, sebelum sampainya hari H, ternyata atas pertimbangan lain maka lokasi yang dituju kemudian dipindahkan ke daerah Takengon. Alasan utama tidak ke Blang Kolam adalah karna daerah itu terlalu ‘pedalaman’ sehingga takut mengganggu ketenteraman dan sedikit alasan lain yang muncul.

Danau Laut Tawar di daerah Takengon membuat seluruh peserta setuju karna daerah tersebut memang sangat cocok dan ‘lebih bebas’ untuk membawa pasukan dalam jumlah yang lebih banyak. Didukung tempat tersebut yang jauh dari mengganggu ketenteraman penduduk local, dan dapat dijadikan tempat yang asik untuk karaoke-an.

Dalam kesepakatan, waktu kumpul haruslah pukul 06.30. hal ini karna jalan yang menghubungkan kota Bireuen dengan Takengon ditutup untuk sementara karna sedang dalam tahap perbaikan. Hanya hari jumat saja jalan dibuka. Selebihnya jalan tersebut ditutup antara pukul 08.00 sd 12.00. saat isoma (istirahat, sholat dan makan) jalan akan dibuka kembali pada pukul 12.00 sd 14.oo. setelah itu jalan kembali ditutup untuk ‘menghancurkan gunung’ dengan tujuan pelebaran jalan karna jalan di daerah Cot Panglima itu sebagiannya memang telah longsor akibat erosi air yang mengaliri badan jalan. Pukul 17.00 jalan dibuka lagi dan dapat dilalui hingga keesokan paginya. Dan demikianlah seterusnya.

Hari H tiba. Bus yang akan memberangkatkan peserta telah menunggu di depan Radio Andita FM sedari pukul 06.00. peserta sebagiannya juga telah datang karna janji awal bahwa keberangkatan akan dilakukan pada pukul 06.30 agar terhindar dari penutupan jalan akses. Jam di tangan telah menunjukkan pukul 07.00 tetapi peserta masih juga ada yang belum datang. Raut kekecewaan mulai tampak dari peserta yang telah terlebih dulu hadir dan menunggu. Jam segitu sudah mustahil untuk bisa ke Takengon lagi karna sudah tentu tak cukup waktu untuk dapat lewat dari lokasi perbaikan jalan. Berselang beberapa saat kemudian, peserta semuanya akhirnya hadir. Itu pun waktunya sudah lebih dari 30 menit dari pukul 07.00.

Dengan kecewa, akhirnya dirundingkan kembali arah tujuan liburan yang dipilih selanjutnya. Setelah berunding, dicapai kesepakatan arah tujuan dipilih adalah pantai wisata Manohara di daerah Meureudu. Bus pun melaju dan meninggalkan lokasi tempat berkumpul.

Pantai Manohara dipilih karna tempatnya yang disebut – sebut mirip dengan pantai yang ada di Bali. Dengan pertimbangan tersebut, peserta setuju dan semakin dibuat penasaran. Kota Mereudu telah dilalui. Rute menuju ‘Pantai Bali’ perlahan dilewati. Hati menjadi makin penasaran ketika terlihat dari kejauhan pantai Manohara yang tertutup oleh pepohonan.

Ketika sampai di persimpangan jalan, bus mendadak terhenti karna akses jalan menuju pantai ternyata ditutup sementara karna sedang dalam tahap perbaikan. Kecewa, tentu. Kecewa untuk yang kedua kalinya. Bus yang membawa peserta lagi – lagi tidak dapat melanjutkan perjalanan. Padahal jarak ke tempat lokasi tidak lah terlalu jauh lagi.

Dalam keadaan yang tidak menentu, para peserta kembali berembuk menentukan lokasi perjalanan liburan selanjutnya. Rita, penyiar cantik Andita FM, kemudian memberikan saran agar tujuan dialihkan ke Krueng Keumala. Pak Tung Tung alias PTT yang merupakan penggemar fanatik turut meyakinkan kepada peserta lain agar ikut.

Bayangan awalku mengatakan bahwa Krueng Keumala itu tak ubahnya seperti Krueng Tiro yang pernah aku kunjungi. Aku mempunyai saudara disana dan aku sering mengunjungi mereka. Setiap kali berkunjung, aku tidak lupa untuk sekedar melepas penat ke Krueng Tiro tersebut.

Bus kembali melaju. Sebelum sampai ke tempat tujuan, kami semua singgah untuk membeli nasi bungkus karna hari telah siang. Sesampainya di lokasi tujuan, kami dikejutkan oleh lokasi yang menyedihkan. Bayanganku yang semula tidak sesuai dengan harapan. Ternyata Krueng Keumala tidak lagi menjadi sungai tapi telah menjadi gurun yang kering. Semua tertunduk lesu lagi. Tapi akibat lapar, peserta tidak pikir panjang lagi, semuanya turun untuk makan siang.

Kelelahan dan kepenatan kini hilang untuk sementara. Setelah makan siang, kami beristirahat dengan mengalunkan nyanyian – nyanyian untuk sekedar menghibur hati. Gitar dimainkan oleh Jack Brownies mengiringi lantunan demi lantunan suara Pak Tung Tung yang sangat serak tapi kocak membuat geli hati yang mendengarkannya. Dibarengi dengan bumbuan canda berkumpullah kami semua dalam satu keluarga dan menceritakan pengalaman sambil berkenalan.

Hari mulai agak condong ke barat, hati berontak kembali karna tujuan wisata yang belum tercapai membuat diri serasa belum puas. Beberapa dari peserta yang memang merasakan ketidak puasan mengusulkan untuk melanjutkan perjalanan ke Banda Aceh. Tentu, jarak ke Banda Aceh tidak lah jauh lagi. Tetapi rasa capai yang dirasakan serta biaya yang tidak sesuai membuat rencana tersebut batal. Perjalanan pun dilanjutkan tetapi kali ini tidak lagi menjauh tetapi mendekat untuk pulang. Dalam hati, “tak apalah, lagian dah penat”.

Beberapa menit pulang, akhirnya kami singgah di Batee Iliek. Disitu barulah terlihat para pengunjung lain yang lumayan banyak sedang menikmati liburannya. Hati pun sedikit gembira. Sambil beristirahat menikmati wisata Batee Iliek, rujak tersaji untuk dinikmati. Setelah rujak masuk ke dalam perut, giliran bakso juga ikut. Di komandoi oleh Mas indra dan keluarga, tanpa banyak bicara semua anggota nguntit di belakang.

Sebelum makan bakso bareng Mas Indra cs, kami menyempatkan berfoto ria di bawah aliran sungai Batee Iliek. Ikut serta Abel Putra dan Dion (dua penyiar muda AnditaFM). Tentu tak ketinggalan pula Mas Indra dan keluarganya.

Hanyadisitu lah yang mungkin berkesan bagi para peserta jalan – jalan bareng AnditaFM kali ini. Raut kekecewaan jelas terpancar dari para peserta. Tapi itu tidak dapat disalahkan sepenuhnya kepada panitia. Kesalahan justru terdapat pada peserta sendiri yang tidak tepat waktu. Dan itu merupakan rahasia umum yang sudah terkenal dikalangan masyarakat Aceh. Seperti kata orang Aceh, “Janji ureng Aceh, janji poh lapan, troh poh siploh”. Itulah sifat dan kebiasaan yang buruk. Akibat tidak disiplin waktu segala sesuatu yang telah direncanakan dengan matang bisa jadi berantakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar