Kamis, 14 Juli 2011

Konferensi dan Seminar Internasional: Malikussaleh (Past, Present and Future)

Pada tanggal 11 dan 12 Juli 2011 telah diadakan acara konferensi dan seminar internasional yang membahas tentang Malikussaleh: Past, Present and Future (Malikussaleh: Dulu, Kini dan Masa yang Akan Datang). Acara tersebut diselenggarakan di Gedung ACC Universitas Malikussaleh Cunda Lhokseumawe. Acara yang disponsori dan didukung oleh Pemerintah RI, Pemerintah Aceh, UNESCO, Pemerintah Aceh Utara, Pemerintah Kota Lhokseumawe, STAIN Malikussaleh, Dayah Malikussaleh, Dayah Darul Huda, ExxonMobil Oil Indonesia, TP. Arun NGL, PT. Pupuk Iskandar Muda, Komite Peralihan Aceh (KPA), Alumni ITB Cabang Aceh dan masyarakat peduli Malikussaleh itu membahas tentang situs Malikussaleh yang ingin diangkat secara bersama – sama menjadi world heritage city atau kota warisan dunia.

Dalam acara yang berlangsung dua hari tersebut, turut menjadi pembicara yaitu wakil ketua MPR Ahmad Farhan Hamid, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Wagub Muhammad Nazar, Prof. Dr. Muhammad Abdul Karim dari Bangladesh, perwakilan UNESCO Acha Arantzazu Delapresa yang berasal dari Spanyol, Rektor Unimal Apridar, SE, M.Si, Ketua STAIN Malikussaleh, Pimpinan Dayah Malikussaleh, Tgk. Adnan Ganto yang lulusan Harvard University Amerika Serikat sebagai tamu kehormatan yang merupakan keturunan dari generasi Sultan Malikussaleh, Dirut PT. PIM Wahyu Hidayat, perwakilan dari Kementrian BUMN dan banyak lagi pembicara lainnya yang turut memeriahkan acara.
Sebelum acara dimulai, sanggar tari yang tergabung dalam sanggar Cut Mutia menarikan berbagai tarian diantaranya tarian poh kipah, saman dan lainnya. Kesultanan Malikussaleh tercatat dalam perjalanan Marcopolo ke Aceh pada masa lampau. Dalam sambutan di hari pertamanya Gubernur Irwandi Yusuf menyatakan bahwa hendaknya kepada lembaga yang memakai nama Malikussaleh agar tidak hanya menjadikan nama tersebut sebagai lambang dan simbol semata, tetapi hendaknya dapat meneruskan citra mulia yang telah dicontohkan oleh Sultan Malikussaleh dalam menjaga kejayaan Aceh dimasa lampau. Kemudian beliau juga memaparkan bahwa dalam waktu dekat bagaimana agar cagar budaya Aceh dapat dilestarikan dan dikunjungi oleh para wisatawan baik lokal maupun luar daerah dengan cara mengadakan semacam acara Visit Aceh.

Sementara itu, pada hari kedua tamu yang datang adalah wakil gubernur Muhammad Nazar. Tampil dengan paduan yang khas beliau menyampaikan bahwa masyarakat Aceh jangan terbuai oleh romantisme sejarah Aceh yang bergelimang dengan kejayaan pada masa lampau. Kejayaan tersebut hendaknya jangan hanya dijadikan bahan diskusi di kedai – kedai kopi tetapi hendaknya dapat menjadi tolok ukur dalam mengembangkan dan melanjutkan kejayaan Aceh dimasa depan. Masyarakat saat ini terlalu terpaku pada sejarah hingga hanya duduk santai di kedai – kedai kopi dengan membanggakan kejayaan tempo dulu tanpa mau berfikir bagaimana agar dapat membangun Aceh menjadi seperti dahulu lagi yang terkenal hingga ke seluruh penjuru dunia.


Catatan:
Muhammad Nazar, lahir di Ulim pada tahun 1973 merupakan alumni dari Institut Agama Islam Negeri Banda Aceh.
Apridar, SE, M.Si, lahir pada 1967 berdomisili di Cunda merupakan Rektor Universitas Malikussaleh Lhokseumawe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar