Minggu, 20 Juni 2010

DAS. PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL

Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model Pertumbuhan Neo-Klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.

Untuk melihat ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi regional dapat ditentukan dengan beberapa cara. Secara umum dalam menghitung pertumbuhan dengan; 1. Pertumbuhan output; 2. Pertumbuhan output per pekerja; dan, 3. Pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk mengetahui indikator kapasitas produksi. Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan.


Model Pertumbuhan Regional

Fungsi produksi agregat merupakan dasar dari model pertumbuhan neoklasik. Hubungan tersebut ditunjukkan dalam bentuk sebagai berikut:

Y = F(K,L)

Dimana, Y adalah output riil, K adalah capital stock, dan L adalah tenaga kerja. Dalam bentuk Cobb Douglas dengan asumsi constant return to scale yaitu;

Y = AkαL1-α

Y = Akα,
dimana y = K/L dan k = K/L


Fungsi produksi perkapita menunjukkan bahwa output per pekerja hanya akan meningkat jika model per pekerja meningkat. Dengan kata lain model harus terus tumbuh lebih cepat daripada penawaran tenaga kerja dari output per pekerja.

Agar lebih realistis maka model neoklasik diatas harus ditambah dengan efek apabila adanya teknologi pada pertumbuhan output.

Y = F(A,K,L), dimana A adalah technical knowledge (teknologi). Dalam bentuk Cobb-Douglas, Y = AegtKαL1-α, dimana g adalah technical progress per time period t, selanjutnya dengan aplikasi matematika kita jadikan dalam model pertumbuhan;




error: RUMUS TIDAK TERBACA!!!!!!




Dari bentuk neoklasik diatas, kita dapat mengidentifikasi tiga alasan terjadinya ketidakmerataan pertumbuhan regional yaitu;
1. Technical progress berubah diantara region;
2. Pertumbuhan capital stock berubah diantara region;
3. Pertumbuhan tenaga kerja berubah diantara region.

gr pada region r diharapkan berubah diantara region (paling tidak dalam jangka menengah). Dengan memasukkan pertumbuhan tenaga kerja



error: RUMUS TIDAK TERBACA!!!!!!



Selanjutnya, ketidakmerataan regional dalam pertumbuhan output per tenaga kerja dapat dijelaskan oleh perbedaan regional dalam rate of technical progress dan oleh perbedaan regional dalam rasio pertumbuhan kapital/tenaga kerja.

pertumbuhan output daerah menurut neoklasik didasari oleh tiga komponen yaitu; pertumbuhan kapital stock, pertumbuhan tenaga kerja, dan perkembangan teknologi.

Pertumbuhan kapital stock daerah didorong dengan adanya investasi baik dari daerah itu sendiri maupun dari daerah lain. Pertumbuhan tenaga kerja juga didorong oleh adanya migrasi tenaga kerja dari daerah lain karna adanya perbedaan upah relatif terhadap daerah lain disamping akibat tumbuhnya angkatan kerja baru karna pertumbuhan populasi. Untuk pertumbuhan teknologi tentunya juga dipengaruhi oleh masuknya sumber dan daya dari daerah lain dan perkembangan pendidikan atau pengetahuan melalui R&D.

Dalam kajian Iyanatul Islam dari School of International Business and Asian Studies, Griffith University, Australia, menyebutkan bahwa ketidakmerataan antardaerah di Indonesia tidak menunjukkan gambaran yang semakin mencolok dari waktu ke waktu. Dikatakan bahwa adanya konvergensi di daerah, terutama pada pertengahan 1970-an serta dekade 1980-an dan 1990-an, dengan adanya pertumbuhan ekonomi daerah miskin yang lebih cepat dibandingkan daerah kaya. Namun proses konvergensi tersebut berjalan melambat sehingga diperlukan waktu yang lama untuk mengurangi kesenjangan pendapatan antardaerah. Analisis Takahiro Akita dan Armida S. Alisjahbana (The Economic Crisis and Regional Inequality in Indonesia) menyebutkan sebelum krisis ekonomi, disparitas pendapatan antardaerah di Indonesia sedikit naik mulai tahun 1993 hingga 1997.

Dari sisi technical progress secara empiris, Garcia dan Soelistianingsih (1998) telah mengestimasi pengaruh variabel modal manusia, fertilitas total, selain pangsa sektor minyak dan gas dalam PDRB untuk mengukur ketersediaan sumber daya alam terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Temuannya adalah bahwa investasi untuk pendidikan dan kesehatan memang dibutuhkan untuk mengurangi ketimpangan pendapatan daerah.

Sedangkan Wibisono (2001) memasukkan variabel-variabel educational attaintment (diukur dengan tingkat pendidikan yang berhasil ditamatkan), angka harapan hidup (life expectancy), tingkat fertilitas (fertility rate), tingkat kematian bayi (infant montality rate), laju inflasi dan juga variabel dummy daerah juga terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Dari estimasi-estimasi yang dilakukan, diperoleh temuan bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan adalah pendidikan, angka harapan hidup, dan tingkat kematian bayi. Sedangkan tingkat fertilitas dan laju inflasi memberikan efek negatif terhadap tingkat pertumbuhan pendapatan. Berdasarkan data Indonesia Human Development Report 2002, tahun 2002 di Indonesia terdapat 341 daerah tingkat II, Aloysius Gunadi Brata (2004), dikatakan bahwa terdapat two-way relationship antara kinerja ekonomi daerah dengan pembangunan manusia.

Ketiga studi diatas juga mengkonfirmasikan bahwa technical progress dalam bentuk modal manusia (human capital) mempunyai kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi dan berarti juga berguna untuk mempercepat proses pemerataan pendapatan antardaerah.

Dengan melihat teori dan kajian empirik diatas menunjukkan bahwa bagi pemerintah pusat, ketidakmerataan antarregion dan ketidakmerataan intraregion bukan merupakan trade off yang saling meniadakan. Karna kedua ketidakmerataan regional tersebut merupakan masalah yang harus diselesaikan karna terdapat keterkaitan antarkedua permasalahan tersebut.

3 komentar:

  1. Ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi regional disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor human capital, fertilitas, pendidikan, tingkat inflasi dan kesehatan dan lain-lain. Ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi regional tersebut dapat disikapi dengan memperbaiki kualitas dari beberapa faktor yang telah disebutkan diatas sebelumnya. Dengan memperbaiki faktor-faktor penunjang pertumbuhan ekonomi regional tersebut, setidaknya telah mengarahkan dan memeratakan pertumbuhan sektor ekonomi regional yang diharapkan dapat memacu dan mewujudkan pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh antarregion maupun intraregion.

    BalasHapus
  2. Pembangunan ekonomi daerah dilandaskan kepada capital stock, pertumbuhan tenaga kerja dan pengembangan industri. Apabila ketiga hal tersebut dapat dimaksimalkan maka perekonomian daerah dapat terus dijaga keberlangsungannya. Ekonomi daerah yang lancar akan mendukung pertumbuhan ekonomi secara nasional juga. Ekonomi nasional tidak dapat digerakkan secara maksimal apabila ekonomi daerah masih mengalami kemacetan.

    BalasHapus
  3. Pembangunan ekonomi regional memerlukan peranan yang besar dari Pemerintah daerah untuk dapat mewujudkan kesuksesannya. Disamping peranan pemerintah, dukungan masyarakat juga mutlak diperlukan. Kondisi perekonomian daerah yang maju memungkinkan terciptanya perekonomian yang stabil bagi nasional keseluruhan. Dengan demikian, stabilitas pertumbuhan dan perkembangan ekonomi negara akan tetap lancar dan mampu mendorong pendapatan devisa.

    BalasHapus